Enceng gondok tumbuh dengan pesat di berbagai daerah aliran sungai dan danau di pulau Kalimantan, termasuk di daerah tengah hulu sungai Mahakam di Kalimantan Timur. Terdapat sekitar 76 danau tersebar di daerah aliran Sungai Mahakam dan sekitar 30 danau terletak di daerah Mahakam bagian tengah termasuk tiga danau utamanya (danau Jempang 15,000 Ha; Danau Semayang 13,000 Ha; Danau Melintang 11,000 Ha). Sungai Mahakam dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir.
Kian sibuknya lalulintas sungai dengan hilir mudiknya kapal-kapal besar maupun perahu kecil bermotor jadi ancaman serius lainnya. Kegiatan ekonomi yang bertambah ramai dengan memanfaatkan sungai sebagai urat nadi transportasi telah “merampas” habitat ikan khususnya Pesut Mahakam. Pesut Mahakam pun kian terkucil pada habitatnya akibat kalah bersaing dengan mesin mesin kapal yang menebarkan suara bising serta mencemari sungai dengan limbah-limbah minyak beracun.
Kini, setidaknya di dua danau besar yang berada didaerah aliran sungai Mahakam, danau Melintang dan Semayang, didominasi eceng gondok, serta sejumlah besar lahan kering lainnya didominasi oleh alang-alang. Hal ini jelas merupakan beban lingkungan hidup, setelah bertebarnya galian tambang batu bara dan bijih besi, yang akan mempengaruhi mutu lingkungan, yang pada saatnya akan mempengaruhi juga pertanian dalam arti luas yang ada di wilayah itu.
Atas dasar kepentingan pengendalian cemaran lingkungan dan pemikiran bagi pemberdayaan masyarakat di tepian sungai Mahakam itulah, lebih dari 9 anggota Komisi II DPRD Kutai Kartanegara, serta Ketua DPRD Kukar, Ir.H. Awang Luqman, MM berkesempatan melakukan study banding guna mempelajari pengendalian eceng gondok yang diusulkan perusahaan PT. Cipta Visi Sinar Kencana, 19 Agustus 2011 lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Sonson Garsoni selaku pimpinan perusahaan pengembang teknologi Bio Elektrik, mengenalkan Instalasi Bio Elektrik 7000L yang terdiri dari 3 unit digester 7000 liter, 1 mesin pencacah MPO 500 HD (Honda), 3 unit pemurnian biogas MP 24150 (stainless steel), gas holder kapasitas > 10 m3, 3 unit generator BG 5000 (genset biogas daya 5000 watt), bakteri aktivator metan GP-7 untuk 1 bulan serta perlengkapan instalasi hingga unit kompor dan generator. Instalasi Biogas dan Bio Elektrik Biophoskko BD 7000L berkemampuan mengolah limbah biomassa atau sampah organik termasuk eceng gondok untuk pertama kalinya 21 m3 (setara 7 ton) dan selanjutnya 4,2 m3 atau 1,26 ton/ hari.
Menurut Sonson Garsoni, setiap harinya, output shelter Instalasi BD 7000 L menghasilkan biogas dengan kemurnian > 80 % metan (CH4) sebanyak 37,8 m3 yang memiliki daya nyala dan kalori tinggi sebagai bahan kompor guna masak memasak setara 17, 388 kg LPG, atau bahan bakar gas tersebut dapat menyalakan 3 unit genset 5000 watt sebanyak 45,36 kWh (kilo watt hour). Selain penerimaan dari penjualan bahan bakar gas atau energi listrik diatas, instalasi shelter BD 7000L menghasilkan lumpur (slurry) dengan kualitas pupuk cair organik sebanyak 3,78 m3/ hari. Lumpur ini dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan kedalamnya aneka bakteri (fixasi N2, pelarut posfat dan KCL) atau zat tumbuh, sehingga memiliki nilai tambah (added value) sebagai pupuk hayati atau pupuk organik.
Pengadaan digester dalam suatu instalasi shelter Bio Elektrik ini diharapkan mampu mengatasi bertumbuhnya populasi eceng gondok di kedua danau di Kutai Kartanegara khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya. Selain masyarakat yang bergantung kehidupannya di kedua danau atau di tepian sungai Mahakam medapat manfaat bersihnya sungai dari jeratan eceng gondok pada moda transportasi sungai perairan seperti kapal motor, ponton atau perahu juga didapatkan bahan bakar bagi penerangan atau bahan bakar bagi kegiatan mengasap ikan serta memasak pada umumnya maupun mendapatkan energi listrik bagi berkembangnya industri kecil di pedalaman pedesaan Kutai.
Mengingat besarnya potensi eceng gondok di kedua danau Melintang dan Semayang dengan luasan lebih dari 25.000 Ha, pada asumsi 3 atau 4 bulan saja dapat bertumbuh hingga menutupi semua areal danau, dapat diperkirakan potensi pertumbuhan eceng gondok tersebut tidak akan kurang dari 20.000 Ha dibagi 100 hari atau 200 Ha/ hari atau setara dengan bobot 300 ribu ton/ hari. Dengan mengacu pada output energi dari tiap 1, 26 ton diatas, jika semua pertumbuhan eceng gondok/ hari diolah dengan instalasi Bio Elektrik, diperlirakan bisa dihasilkan 300.000 x 45,36 KWH= 13,600 MegaWatt (MW) atau setara dengan 300.000 ton/ 1,26 x 17,388 = 4, 139 kg LPG/ hari.
Perkiraan hasil diatas masih belum diperhitungkan pendapatan dari pupuk organik yang diperoleh dari sludge instalasi, yang sangat bernilai ekonomi ketika digunakan sebagai pupuk organik bagi penumbuhan vegetasi dalam reklamasi lahan tambang. Sungguh suatu berkah yang sangat besar dari kemelimpahan eceng gondok danau bagi masyarakat pedalaman Kutai Kartanegara Kalimantan Timur ini jika saja masalah sedimentasi di danau Melintang dan Semayang di Kalimantan ini, diatasi dengan tujuan pengadaan energi bahan bakar dan listrik serta pengadaan pupuk bagi reklamasi lahan tambang (+)