Menjadikan Biomassa ( Sampah) Energi Pembangkit Listrik

Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa PLTBM

 Banyak kajian menyebutkan, dunia, tak terkecuali Indonesia, akan mengalami krisis energi pada 2020. Bahkan, kebutuhan besar-besaran terhadap energi ini bisa melahirkan konflik yang besar di antara negara-negara. Di Indonesia, krisis energi ini sudah mulai terasa ketika pemerintah berulang kali berusaha mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM). 

Namun, rencana pemerintah tersebut sejauh ini “gagal” dilaksanakan karena selalu mendapatkan penolakan yang keras dari seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, saat ini energi alternatif sangat dibutuhkan untuk mengurangi ketergantungan pada energi dari fosil yang sifatnya tidak bisa diperbarui. 
Berawal dari keprihatinan terjadinya krisis energi itulah, Sonson Garsoni mencoba mengembangkan biomassa sebagai energi alternatif. Dia memulai usahanya itu pada 2011 dengan membuat instalasi mini pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM) di rumahnya di Raya Banjaran KM 13 Kabupaten Bandung.
Biomassa yang digunakan sebagai energi berasal dari sampah organik, gulma sampai kotoran ternak. Tidak sulit bagi Sonson untuk memperoleh sampah maupun kotoran ternak untuk diproses menjadi biomassa. “Bahan baku biomassa bisa diperoleh di sekitar rumah. Gampang kok,” kata Sonson kepada SH, akhir pekan lalu. Seluruh bahan baku itu diproses menggunakan alat hasil modifikasi Sonson sendiri. 
Gas yang berasal dari biomassa itu kemudian bisa menggerakkan turbin sederhana. Kapasitas listrik yang dihasilkan instalasi berbiaya Rp 26 juta itu sebesar 1 KVA. Untuk PLTBM mini sebesar 1 KVA mampu dipergunakan selama enam jam setiap hari. Dibutuhkan 150 kg sampah maupun kotoran yang menghasilkan 6 meter kubik biomassa. 
Di Pinggiran Danau
Sonson telah membuat 33 unit miniPLTBM. Yang terbesar terdapat di pinggiran Danau Semayang KutaiKartanegara Kaltim dengan kapasitas 25 KVA. Menurut Sonson, PLTBM mini di Kutai Kartanegara itu memanfaatkan gulma eceng gondok sebagai bahan baku biomassa. “Kebetulan di Danau Semayang banyak eceng gondok,” kata alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB) ini. 
Instalasi mini PLTBM lainnya telah dimanfaatkan di sebuah kompleks perumahan di Tangerang, kemudian ada di Serang, Sigi Palu, Mempawah Kalbar, Tenggarong Kaltim, maupun di Ciparay Kabupaten Bandung. Biomassa tidak hanya dipergunakan sebagai energi listrik. Biomassa untuk menggerakkan mini PLTBM dapat dimanfaatkan sebagai gas bahan bakar kompor. 
Dari uji coba yang telah dilakukan Sonson menyatakan kompor berbahan bakar biomassa 6 meter kubik mampu dipergunakan selama seminggu bagi tujuh keluarga. Kompor berbahan bakar biomassa ini nyala apinya tidak kelihatan secara kasatmata. 
Yang menarik, gas dari biomassa tidak perlu disimpan dalam tabung khusus seperti elpiji. Gas dari biomassa bisa disimpan dalam plastik bahkan ban dalam mobil. Sonson menjamin keamanannya meski gas biomassa tak disimpan dalam tabung khusus. 
Sonson menjelaskan gas dari biomassa tidak mengandung hidrogen sulfida (H2S). “Gas dari biomassa tidak bersifat eksplosif. Tidak meledak karena tidak ada kandungan H2S,” ia memaparkan. 
Selain itu, biomassa dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Menariknya biomassa yang dihasilkan tidak hanya dapat dipergunakan sebagai pembangkit listrik. Sonson yang juga Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia (APPKMI) menjabarkan pupuk organik yang dihasilkan memiliki nilai ekonomis.
Pupuk organik dari biomassa ini telah banyak dijual di pasar bebas dengan harga yang lumayan tinggi. Dengan nilai jual dari pupuk organik yang dihasilkan, penggunaan biomassa sebagai energi mini PLTBM praktis tidak membutuhkan biaya. 
Bahkan, pengguna PLTBM tidak sekadar memperoleh manfaat berupa listrik. Pengguna memperoleh nilai tambah dari hasil penjualan pupuk organik yang dihasilkan. 
Naskah asli, http://www.shnews.co/detile-13293-menjadikan-biomassa-energi-alternatif-pembangkit-listrik.html