Posko Hijau Di Ciparay Kabupaten Bandung

Sulit membayangkan jika gadis remaja mulai terbiasa mengolah sampah dan membuat kompos ketika belum dikenalkannya Bio Reaktor. Dimasa lalu, membuat kompos memang bukan hal baru. Namun teknik open windrows, membuka lahan empat persegi panjang dengan luas sekitar 12 m2, dipersepsikan hanya dilakukan oleh para petani maupun pembuat kompos yang terkesan kumuh dan bau saja. Teknik lama open windrows tentu saja akan sulit diterapkan diperkotaan -yang kendati banyak bahan baku sampah, namun siapa tetangga akan ijinkan instalasi pengelolaan sampah kota dengan resiko timbulnya bau ke sekitar. Belum lagi soal keharusan membalik bahan sampah setiap 3-5 hari agar terjadi pemerataan aerasi ( oxigen) kedalam semua lapisan sampah.Kini membuat kompos menjadi mudah dan higienis alias berseka ( bhs Sunda, red) . Dengan hanya memasukan bahan sampah organik kedalam Bio Reaktor Rotary Klin, kemudian mencipratkan cairan aktivator kompos Green Phoskko serta menaburkan mineral penggembur Green Phoskko dalam 5 hari saja bisa didapatkan hasil dekomposisi yang hitam dan hancur serta tidak berbau.

 
Adalah Yeni dan Mita- dua gadis Bandung yang melihat dan mengikuti Ibu Tuty pengusaha kompos kini merasa terpikat mengolah sampah di Ciparay Bandung menjadikannya kompos. Berbekal Bio Reaktor Rotary Klin sebanyak 3 Unit tersebut, dapat diolah sampah sebanyak 3 Ton ( kapasitas @ 1 ton per unit/ 5 hari).
Karena dipandang dapat menjadi usaha, tidak kurang dari Deputy Kementrian Usahawan Kecil dan Koperasi Malaysia, Mr Adzmy Abdullah, pernah meninjau pengusahaan kompos atau baja organik ( Malaysia, red).