Hampir di semua kota telah kesulitan mendapatkan lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. Penyebabnya, selain makin terbatasnya lahan yang cocok dan terjangkau harganya, adalah penolakan warga penduduk yang dilintasi truk pengangkut sampah. Terutama bagi kota Metropolitan, seperti Jakarta misalnya. Didalam perhitungan Dinas Lingkungan Hidup DKI, TPA andalan bagi pembuangan sampah Jakarta, yang terletak di Bekasi Jawa Barat ini akan penuh. Disamping itu, daerah perlintasan menuju TPA juga sudah makin padat dengan perumahan yang akan meningkatkan penolakan (resistensi) warga pada lintasan truk sampah
Mengapa seolah baru tahu atau tersadar sekarang adanya kalkulasi tahun 2021 akan penuh itu ? Apakah karena besarnya kemampuan keuangan, DKI dianggap jago Kumpul -Angkut-Buang ? Dari latar belakang itulah, berikut fikiran dan usulan sebagai solusinya yakni, pengelolaan harus dijalankan pada skala kawasan terdekat dari timbulan sampah.
Bagi Jakarta, 29 % sampah dihasilkan dari kawasan komersial, bisnis dan niaga yang terkonsolidasi atau terpadu dengan apartemen maupun hotel. Komposisi sampah dari timbulan kawasan demikian dapat dipastikan lebih banyak berturut turut jenis organik sisa masak dan makan ( kitchen waste), plastik dan aneka sampah kering ( kertas, kain, kayu, kaleng dan jenis biomassa kering lainnya). Karakter sampah dapur yang mudah membusuk, menimbulkan bau dan berarir, harus dikelola dengan cepat masuk ke wadah tertutup. Sementara jenis lain masih bisa dikelola dengan proses waktu lebih lama.
Teknologi Pengolahan Sampah Masak dan Sisa Makanan (Kitchen Waste)
Dari alur ke 1 skema diatas, dengan mesin grinder ditambah air, kini sampah dapur dapat segera masuk ke reaktor tertutup guna diturunkan kadar BOD/ COD penyebab utama cemaran cairan lindi. Selanjutnya, cairan dapat dipilih proses lanjutan dengan penyaringan (filtering) hingga terpisahkan antara bagian padat ( solid fertilizer) serta bagian cair. Jika tidak digunakan sebagai pupuk cair, dapat digunakan sebagai air bernutrisi bagi penyiraman kawasan.
Teknologi Pengolahan Sampah Anorganik dan Plastik
Selain sisa makanan dan masak (kitchen waste), komposisi limbah plastik dan anorganik ( kain, kertas serta kayu menjadi penyumbang angka kedua terbesar dalam sampah DKI Jakarta. Jenis plastik memiliki karakter akan berubah jadi fasa gas pada suhu reaktor mencapai 400-550 derajat celcius. Pengubahan fasa gas akan jadi minyak (cair) setelah di kondensasikan dalam destilator. Sumber energi panas, diperoleh dengan memanfaatkan jenis sampah kering anorganik ( kayu, kertas, pohon kering) melalui gasifikasi.
Sebagaimana digambarkan alur ke 2 skema diatas, bagi jenis an organik ( kain, kayu, kertas, karton dan sejenisnya) yang umum timbul di kawasan komersial, ditawarkan cara gasifikasi untuk hasilkan panas tinggi. Perolehan energi panas ini sangat penting bagi kaitan berlangsungnya proses pengolahan aneka limbah plastik melalui pirolisis. Perolehan pirolisis limbah plastik itulah sumber energi listrik agar semua alat mesin dijalankan dengan listrik.
Dari gambaran skema diatas dapat disampaikan bahwa sampah di kawasan komersial ( bisnis, perkantoran, hotel, apartemen, niaga terpadu, dan sejenisnya) dapat diselesaikan hingga habis tidak bersisa ( zero waste). Perolehan dari hasil pengolahan berupa air baku ( bernutrisi organik), pupuk kompos padat bagi media tanaman landscape dan roof garden sangat bermanfaat untuk proper kawasan hijau. Sementara perolehan minyak bakar habis menjadi energi listrik bagi daya listrik mekanisasi dan otomatisasi mesin dan moda transportasi pengelolaan sampah (*)