Dalam beberapa minggu terakhir, wacana tentang energi alternatif semakin meningkat, terutama dengan hadirnya Bobibos sebagai bahan bakar yang diklaim berasal dari jerami. Namun, banyak yang bertanya-tanya: apakah benar Bobibos dapat segera diproduksi secara massal, dipasarkan, dan digunakan? Bagaimana perbandingannya dengan etanol, yang lebih dahulu dikenal sebagai bahan pencampur pada bensin, sesuai mandatori pemerintah Indonesia untuk mengurangi impor BBM, menurunkan emisi karbon, dan meningkatkan kemandirian energi? Ini telah dijalankan, oleh Pertamina dengan produk Pertamax Green 95.
Bobibos: Komoditas Energi Baru?
Bobibos sering disebut sebagai solusi ramah lingkungan yang berasal dari limbah pertanian seperti jerami. Namun, hingga saat ini, alih-alih ada ekspose mesin miniaturnya, yang ada hanya narasi penyebutan metode ekstraksi dan belum ada klarifikasi resmi mengenai teknologi produksi yang digunakan—apakah melalui fermentasi dan dehidrasi menjadi bioetanol, atau proses gasifikasi pirolisis. Proses termokimia seperti gasifikasi yang dilanjutkan dengan sintesis fischer–tropsch (FT), atau pirolisis cepat bisa menghasilkan bio-oil yang kemudian melalui proses hydrotreating seperti halnya pada gasifikasi batu bara.
Tanpa pemahaman yang jelas tentang teknik produksinya, kita tidak bisa mengambil kesimpulan pasti mengenai efektivitas, keekonomian, dan manfaatnya.
Mengenal Etanol dari Limbah Buah dan Sayur
Di sisi lain, ada etanol yang dihasilkan dari limbah buah dan sayur. Inovasi ini diperkenalkan pertama kali disiarkan TVRI dan bisa dilihat di channel YouTube pada 29 Maret 2016, serta menggunakan alat kapasitas kecilnya ada di website KencanaOnline, https://kencanaonline.com. Proses pembuatan etanol dari limbah pertanian di pasar maupun industri sari buah ini dianggap lebih sederhana dan efisien. Limbah buah dan sayur sudah mengandung gula sederhana, memungkinkan proses fermentasi berlangsung lebih cepat tanpa tahap hidrolisis yang rumit seperti pada pembuatan etanol dari jerami berkandungan selulosa, hemiselulosa, dan lignin tinggi.
Proses Produksi Etanol yang Efisien
Untuk memproduksi etanol dari bahan baku limbah sayur dan buah antaranya dari pasar induk dan pabrik pengolahan, prosesnya cukup sederhana. Bahan baku dihancurkan menggunakan grinder, lalu difermentasikan 72 jam dalam digester dengan bantuan bakteri pengurai. Dalam waktu relatif singkat, etanol dapat dihasilkan melalui proses destilasi. Jika diperlukan tingkat kemurnian alkohol hingga 90%, proses dehidrasi tambahan mungkin diperlukan diulang, terutama untuk memenuhi standar teknis yang ditetapkan oleh pembeli seperti Pertamina dalam memenuhi program mandatori E5, dan E10.
Mana yang Lebih Cepat dan Efisien?
Dengan metode produksi yang lebih sederhana dan cepat, etanol dari limbah buah dan sayur serta limbah industri minuman sari buah bahkan, di tahap berikutnya akan diproduksi dari alga yang budidayanya hanya 7 hari sudah bisa panen, tampak lebih siap untuk diterapkan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Produksi etanol ini dapat dilakukan pada skala usaha kecil, bahkan di area rumah tangga anggota Koperasi Desa Kelurahan Merah Putih (KDKMP) misalnya dalam ikhtiar memperbesar skala operasi bisnisnya.
Pemasaran dan Penggunaan Etanol
Pemasaran etanol hasil proses fermentasi, destilasi, dan dehidrasi ini dapat mendukung pencampuran bensin untuk kendaraan, serta ke industri pengguna etanol dan Pertamina untuk program E5 dan E10. Selain pemasaran kepada industri dan Pertamina, etanol dapat digunakan secara langsung pada pencampuran dengan bensin penggunaan sendiri untuk kendaraan, enggine statis generator set pembangkit listrik, penggerak mesin-mesin perontok padi, pompa air irigasi, traktor, hingga penggiling padi maupun untuk energi masak bahan bakar etanol (kompor Bahenol). Untuk penggunaan pada kendaraan, terdapat alat Flexi Fuel yang dipasang pada karburator mengatasi kandungan air dari etanol sebagai zat water base.
Sementara itu, untuk Bobibos yang diharapkan bisa dikembangkan secara besar-besaran, kita masih menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai teknik produksinya, dampak, dan manfaat yang ditawarkannya yang masih menjadi tanda tanya.
Di tengah meningkatnya kebutuhan akan energi alternatif, masyarakat perlu memahami berbagai opsi yang tersedia sebagai peluang usaha yang dapat dijalankan. Kehadiran Bobibos sebagai harapan solusi baru, maupun etanol yang sudah siap diterapkan, menjadi penting untuk dibahas. Mari berbagi pendapat dan dukung energi hijau yang berkelanjutan!
