Pertanian sebagai suatu bio-industri berusaha mengelola dan memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati, termasuk biomassa atau limbah organiknya dalam ekosistem secara harmonis.
Materi organik ( sampah sisa makanan, masak dan semua materi berasal dari makhluk hidup, limbah kebun dan biomassa) atau hijauan, umumnya terdiri dari serat kasar, protein, air, dan lainnya. Setiap fermentasi dan dekomposisi, disamping perolehan gas, kompos, akan diperoleh juga air, suatu kebutuhan utama budidaya tanaman.
Kompos diketahui memerangkap air karena porositasnya, mengubah tanah berderai (menepung) dengan perbaikan ikatan karbon. Menghidupkan mikrobial bagi berlangsungnya ekosistem mikro yang amat penting bagi kehidupan tumbuhan. Selanjutnya, kompos, menjadi sumber pangan manusia, pakan hewan dan kehidupan perairan akuatik (penyedia plankton pakan alami biota dan ikan).
Biogas, setelah dimurnikan menjadi biometan, adalah bahan bakar menjalankan generator PLTBM – Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa, menjalankan engine (penggiling padi atau huller rice mill, mesin penepung, traktor, dll) serta menjadi energi panas (kalor) bagi pengeringan (dryer) biji-bijian maupun penggerak kompresor pendingin (cooler buah dan sayuran). Biogas, dari fermentasi materi organik, tanpa pengelolaan bahkan mengeluarkan emisi (metan CH4).
Lain halnya biomassa segar, bagi limbah kering (kayu, ranting, daun), sudah lama diketahui sebagai sumber energi panas. Dengan teknik Gasifier – Konverter Sampah dan Biomassa Kering, akan dihasilkan energi bagi segala keperluan pengolahan hasil pertanian. Pemanfaatan panas secara langsung (pengering biji), energi bagi destilasi (ekstrak minyak), dll.
Panen dari sawah portabel yang bertumpu pada media tanam lumpur probiotik hasil fermentasi digester dengan aktivator methan GP7, diperoleh 540 kg GKP/ 100 m2. Integrasi teknik polibag dengan biodigester, tabela (tanam benih langsung), aplikasi pupuk tablet Gramalet Padi dan pengairan (sprinkler) dapat dilakukan IP Padi 400. Pertanaman 4 kali/ tahun, dengan ekstrapolasi data dari 6 x tanam sejak tahun 2011, dihasilkan 54 ton GKP/ Ha/ tahun.
Berlipatnya produktivitas hingga 3 kali dibanding cara konvensional (IP Padi 200 ~ pada 14 ton/ tahun), memberi harapan bagi keluarga (pemilik halaman, kebun di atap/ roof garden) untuk mandiri pangan pokok ( sayuran, ikan, beras) serta bahan bakar masak. Kunjungan dari banyak pihak kompeten dengan energi dan pangan berdatangan, seolah mengklarifikasinya.
Salah satunya Profesor (renewable energy), Scott W Kennedy, Phd dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) USA yang sekaligus meminta Sonson Garsoni memberi training/ kuliah umum pada Energy Action Patners Masdar Institute of Science and Technology Dubai.
Selain pakar, juga kalangan pesantren. Kyai seperti Imron Djamil pesantren Kyai Mojo Tambak beras Jombang, NGO Nasional maupun liputan media massa telah melihat pembangunan sawah terintegrasi dengan pembangkitan biogas dari sampah, yang berlokasi hanya 7 km dari tol gate Mohammad Toha Bandung ini. Itu semua memberi indikasi agar kami terus mengajak masyarakat Indonesia utk “Moved On”, berikhtiar, termasuk menggunakan jasad renik, mikroba, penuhi energi dan sumberdaya makanan (esdm) dari sumberdaya lokal. Ketahuilah, tanpa terlihat kasat mata, ada mikroba -makhluk ciptaanNya – yang berperan membantu manusia menyelesaikan masalahnya.
Pertanian sebagai suatu bio-industri berusaha mengelola dan memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati, termasuk biomassa atau limbah organik pertanian dalam ekosistem secara harmonis. Dengan memanfaatkan limbah dan biomassa melalui proses fermentasi dalam biodigester serta dekomposisi oleh komposter akan menjamin perolehan energi biogas serta lumpur (bioslurry). Sementara itu bagi limbah kering termasuk daun, batang, ranting, melalui teknik gasifikasi menghasilkan energi panas yang dapat digunakan dalam menrunkan kadar air bijian hasil panen ( box dryer).
Ketersediaan output biogas, energi panas serta kompos dan organik cair (dari lumpur probiotik hasil pembangkitan aktivator bakteri) memberikan perubahan nyata ( siginifikan) bagi sistim pertanian. Dalam kasus padi, misalnya, kemelimpahan kompos digunakan sebagai media tanam padi dalam polibag (ember), organik cair menjadi media hidup ikan, sementara energi biogas dapat digunakan selain memasak adalah bagi penyediaan listrik
Dengan memilih konfigurasi teknologi pendukung, bioindustri pertanian dapat dilakukan di berbagai skala dan keadaan lokasi. Tersediannya aneka ukuran biodigester, komposter maupun alat gasifikasi, memungkinkan dijalankan mulai level keluarga. Khususnya pada pertanian di perkotaan, dimulai dengan memanfaatkan limbah sisa makanan dan masak keluarga dan sekitar rumah, dapat dijalankan produksi gas masak, ikan, sayuran dan beras sebagai suatu bioindustri pertanian perkotaan (urban farming).
Integrasi biodigester- piroliser- komposter- gasifier (BiophoskkoGas) menghasilkan biogas, media tumbuh ikan dalam kolam serta media pot vertikultur hidropnik dan padi polibag menjadi sawah portabel, telah mendukung PERTANIAN ADALAH BIOINDUSTRI.
Berbagai konfigurasi peralatan pendukung bagi pengembangan bio-idustri pertanian, mulai tingkat budidaya (on Farm), pengolahan pasca panen (Off Farm) serta penunjang, telah dirancang dan dipasarkan sejak tahun 2004 pada katalog online KencanaOnline.Com:
Media Indonesia, http://www.mediaindonesia.com/mipagi/read/9836/Sawah-Portabel/2015/03/29