Sejak longsornya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah- yang terkenal karena pertama kali di dunia ada sampah menewaskan lebih 150 nyawa di tahun 2005, kota Cimahi hingga kini belum membuat TPAS baru. Jadilah Cimahi sebagai satu2nya kota di Indonesia, yang mengelola sampahnya secara mandiri di sumber dimana …sampah timbul. Posko Hijau – sebagai suatu jejaring komunitas penggerak pengelolaan sampah- yang terbentuk di Cimahi, terus mengajak masyarakat menggunakan teknologi percepatan pembuatan kompos dengan komposter – di kelompok masyarakat- maupun Rotary Kiln Biophoskko – di pabrik maupun industri lainnya. Posko Hijau berusaha mengajak masyarakat menyelesaikan sampahnya, agar menjadi berkah untuk hasilkan aneka produk daur ulang plastik serta kompos bagi pertanian dan pertamanan kota. Gerakan masyarakat membuat kompos yang diinisiasi Posko Hijau di Cimahi saja, sjk tahun 2005, antara lain di Citeureup dan Baros Cimahi Tengah, Setiamanah, Kel Utama, Cipageran, dll.
Inilah suatu potret ketika manusia terkena bencana, kemudian berusaha untuk tidak terantuk kedua kalinya, yi dengan cara mengurangi se maksimal mungkin sampah – material sisa manusia agar tdk ditumpuk jadi gunung tak berguna yang bernama TPA Sampah.. Karena jika tidak mampu merobahnya, kita akan jadi seperti keledai, terantuk berkali-kali dengan bencana – yang sama.
Lain lagi cerita, jika Bandung tanpa TPA akan jadi apa ? Kata koran akan jadi ” Bandung Lautan Sampah”?? Kita membayangkan mungkin akan banyak sampah di sungai seperti gambar sungai di Tanggul daerah Margahayu ( gambar 1). Ternyata, mekanisme sosial yang ada telah mengurangi kecemasan kita semua. Pemulung mengumpulkan barang ” berharga” dari sungai tersebut maka jumlah sampah di sungai setidaknya berkurang dengan sisa berupa sampah organik (gambar 2).
Beberapa pihakyang peduli kini memasyarakatkan Komposter Bio Phoskko– Posko Hijau istilahnya. Beberapa unit, idealnya 14 unit per Instalasi, dijadikan media pengolah sampah organik menjadi kompos dengan bahan aktivator dan mineral. Di Cibiru kini telah berdiri sebuah instalasi pengolahan sampah organik yang menghimpun 2 RT atau sekitar 80 – 100 rumah ( gambar 3 dan 4)
Lain cerita Imam di Cibiru, di Margahayu ketua dan sekretaris RW yang dibina teknologi Phoskko mengolah sampah di level rumah tangga: ” dengan sampah bahannya sebagian diambil dari tetangga sekitar saja” ujarnya. Kini Pak Eman, Sekretaris RW tersebut telah menghasilkan kompos- yang kemudian di pakai memupuk tanaman nangka, bunga dan tanaman penghasil kebutuhan dapurnya seperti cabai dan sayuran ( gambar 6, 7 dan 8).
Maka kini jadilah sampah menjadi kompos berharga ( gambar 5) memberikan anugerah. Nangkanya jadi besar-besar dan komposnya pun memang baik serta bisa dijual. Standar kompos seperti itu layak dijual dengan harga setara Rp 1000,-/kg kalau dikemas dalam tampilan yang baik. Maka PT Sinar Kencana- perusahaan prinsipal pemilik merk Green Phoskko memberikan bantuan berupa kemasan ber merk dengan legalitas kompos yang telah layak diedarkan ataupun membeli kembali kompos tersebut dengan harga beli seharga tertentu ( gambar 5)
Berbagai titik Instalasi Pengolahan Sampah Kota (IPSK) kini telah tumbuh. Di kota bandung, Cimahi saja sudah berdiri 22 lokasi dengan kemampuan pengolahan rata-rata 1,5 m3/ hari/lokasi atau baru setara 33 m3 / hari. Sementara itu menurut catatan Sekreatariat GDPSK ( Gerakan darurat Penanganan Sampah Kota)- diluar tersebut terdapat para individu dengan motivasi hobby maupun percobaan di lebih dari 565 perorangan.
Nampaknya, setelah berusaha dengan berbagai cara, GDPSK- yang dimotori Appkmi- Askindo- Forum RW dan HKTI Kota Bandung mulai membuahkan hasil. Setidaknya bermanfaat memberikan pencerahan bagi warga di lingkungan Bandung Raya- yang kini “tidak memiliki TPA”.
Kini, di wilayah Margahayu RW 22 kel Sekejati telah berdiri 14 titik Unit Komposter BioPhoskko walaupun tanpa motiv ekonomi. Sampah warga diolah tanpa orientasi dijual, namun kemudian berubah menjadi penampilan rumah dan halaman yang rimbun, sejuk dan banyak tumbuhan tanaman obat. ” Warga yang perlu tanaman obat, ada mahkota dewa, jahe, temulawak, tinggal petik saja di halaman gedung serba guna RW Sekejati tersebut” ujar ketua RW 22.
Posko Hijau_Green Phoskko: Solusi Sampah Kota Kurangi Beban TPA
Hi there! Would you mind if I share your blog with my zynga group?
There's a lot of folks that I think would really appreciate your content.
Please let me know. Many thanks