Pola pertanian Indonesia masih mengangkut hampir semua bagian tanaman ke kota, dengan hanya menyisakan sedikit biomassa ( berupa sampah, material sisa organik) di kebun. Kota dipenuhi sampah organik namun, dilain pihak lahan pertanian jadi miskin C ( Carbon) Organik, atau terus menerus berkurang kesuburannya. Penurunan kesuburan lahan pertanian telah mengancam kepada makin menurunnya kemampuan produktivitas lahan pertanian serta, dilain pihak, memburuknya sanitasi perkotaan akibat besarnya aliran material sisa konsumsi menjadi sampah.
Dalam mengatasi ancaman pada makin buruknya sanitasi perkotaan dan menurunnya peranan pertanian sebagai suatu sektor ekonomi yang menghidupi bagian terbesar rakyat, diperlukan kesungguhan mewujudkan pertanian berkelanjutan ( sustainable agriculture). Menghentikan siklus materi organik yang terputus kedalam ekosistem, mengurangi ancaman kerusakan lahan dari ketergantungan pada pupuk kimia serta mengembalikan biomassa kedalam ekosistem sungguh merupakan langkah besar. Pencapaian itu memerlukan sarana, teknologi (tools) dan perilaku masyarakat agar melakukan pengolahan material organik menjadikannya pupuk ramah lingkungan maupun menjadikan energi hijau ( green energy).
Sesungguhnya penelitian telah berhasil memberikan banyak penemuan (invention) berupa metoda dan cara kearah pembangunan pertanian berkelanjutan tersebut. Metoda dan teknik mengumpulkan material organik ( sampah dan limbah organik) kemudian dijadikan kompos, menyajikan pupuk kimia pada dosis yang bijaksana serta aneka teknologi menjadikan biomassa menjadi energi hijau ( biogas), bahkan selanjutnya menjadikan biogas sebagai bahan bakar pembakaran maupun pembangkitan listrik ( generator). Namun menjadikan penemuan sebagai produk yang memasyarakat bukanlah langkah mudah. Diperlukan peranan kewirausahaan (entrepreneurship) agar semua itu memberikan kemanfaatan secara meluas.
Sesungguhnya penelitian telah berhasil memberikan banyak penemuan (invention) berupa metoda dan cara kearah pembangunan pertanian berkelanjutan tersebut. Metoda dan teknik mengumpulkan material organik ( sampah dan limbah organik) kemudian dijadikan kompos, menyajikan pupuk kimia pada dosis yang bijaksana serta aneka teknologi menjadikan biomassa menjadi energi hijau ( biogas), bahkan selanjutnya menjadikan biogas sebagai bahan bakar pembakaran maupun pembangkitan listrik ( generator). Namun menjadikan penemuan sebagai produk yang memasyarakat bukanlah langkah mudah. Diperlukan peranan kewirausahaan (entrepreneurship) agar semua itu memberikan kemanfaatan secara meluas.
Menyadari latar belakang itulah, Sonson Garsoni, sebagai aktifis NGO dalam Posko Hijau, berikhtiar menyajikan teknologi pentabletan aneka unsur hara menjadi pupuk Gramalet, menyajikan alat bagi berkembangnya perilaku BerSeka yakni menempatkan sampah per jenis, mendukung pengelolaan sampah menjadi pupuk organik melalui penyediaan teknologi komposter Biophoskko, menyajikan digester fiberglass dan bakteri metanogen bagi pengolahan biomassa menjadi biogas, bio elektrik dan pupuk. Kesemua itu dijalankan dengan tekun serta penuh perhitungan efisiensi, salah satunya, sejak tahun 2004 memanfaatkan teknologi informatika melalui pembangunan e commerce, melalui bendera http://www.kencanaonline.com (*)