Nasi Enak Hasil Pemupukan Terpadu, Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik

Bagi pertani padi sawah, penggunaan pupuk kimia jenis urea, seolah adalah wajib. Pupuk identik hanyalah urea.  Padahal, menurut kaidah agronomis, setiap tanaman, termasuk padi,  bagi pertumbuhan dan produksi memerlukan masukan hara lengkap unsur makro (NPK), makro sekunder (Mg, S, Ca) dan unsur mikro (Fe, Zn, dll). Namun, dengan mindset petani saat ini,  urea sebagai pupuk Nitrogen, yang sesungguhnya lebih berperan bagi fase pertumbuhan ( vegetatif), lebih sering dijadikan sebagai pupuk andalan. Salah satunya, karena sifat sintetis dari pupuki urea, reaksinya cepat dari sejak penaburan urea, tiga hari tanaman padi menghijau. 
Banyaknya petani menggunakan Urea sudah over dosis, karena tanpa itu konon daun padi tidak hijau dan telah terjadi penurunan hasil dari biasanya, membuat subsidi negara, dari tahun ke tahun, memang makin besar. Padahal, tanah sawah, yang memang sdh over eksploitasi, sebenarnya kekurangan C Organik lah pangkal penyebabnya, dan bukan kurang nutrisi pupuk. Bayangkan, jika setiap musim di panen 6 sd 8 ton/ ha gabah, namun input (pupuk kimia) ke sawah hanyalah 500 kg, tanpa adanya masukan lain dari bahan organik oleh pengembalian limbah sisa panen dan bahan organik lain ( sisa makanan manusia, sisa dapur dan sampah organik) kedalamnya, puluhan tahun sawah itu ditanami, akan dikuras habis kesuburannya.
Hal berbeda dengan keadaan diatas, bagi petani yang menyiapkan bertani padinya dirancang sebagai usaha ( bisnis) dengan tujuan jangka panjang, sebagaimana di luasan 10 ha an, sejak tahun 2005 di Ciparay Bandung. Dengan terlebih dahulu menetapkan segmen pasar beras yang akan dihasilkannya yakni konsumen beras sehat, dirancanglah usaha produksi dan membuat beras BerSeka ( beras sehat bebas kimia). Guna memenuhi tren permintaan konsumen tersebut, kemudian digunakan paket teknologi untuk penciptaan kualitas beras bebas kimia, rasa enak dan pulen, dengan memberikan kompos, pupuk organik cair dan pupuk tablet Gramalet Padi.  Pemanfaatan kompos dan pupuk kimia secara tepat, pemupukan terpadu dengan pupuk anorganik dikombinasi pupuk organik kompos, pada padi sawah, telah menampakan hasil berbeda akan hal vigor tanaman lebih kekar, malai dengan gabah lebih bernas, perolehan rendemen beras meningkat hingga rataan 77 persen dari gabah kering giling (GKG) dan rasa nasi jadi pulen dan enak.
Dengan rancangan usaha seperti itu, Ibu Tuti di Ciparay tidak lagi dipusingkan dengan kenaikan harga maupun keberadaan urea (kimia sintetis) maupun sulitnya memasarkan gabah, sebagaimana dialami para petani padi pada umumnya. Kini, makin banyak konsumen beras sadar kesehatan, bahayanya residu kimia berlebihan pada beras atau nasi yang dimakannya. Jadi maunya beras, yang aman dari residu kimia dan pestisida, Dengan aplikasi pupuk tablet ( kimia) namun  dosis tepat, dibenamkan tanpa ada pupuk terbuang, di kombinasikan dengan aplikasi kompos ini, me mudahkan dalam penjualan berasnya. Dan, harganya pun, lebih mahal pula dibanding beras umum di pasaran*)
Selanjutnya,