Lantas apa pelajaran yang bisa dipetik dari gelaran UKM se-Asean selama lima hari itu? Apa manfaat langsung maupun tidak langsung bagi para pelaku UKM tidak saja di Batam tapi juga di Indonesia.
Pertanyaan itu memang harus segera dijawab oleh Kadin Batam selaku penyelenggara. Jangan sampai gema acara tersebut hilang lenyap tak berbekas.
Saat pembukaan pameran itu, Nada Faza Soraya, Ketua Kadin Batam, menegaskan acara ini memberikan kesempatan bagi para pelaku UKM untuk membuka jaringan seluas-luasnya di lingkup Asia Tenggara.
Penegasan itu wajar adanya, apalagi mempertimbangkan letak geografis Batam yang sangat strategis berada di persimpangan jalur pelayaran terpadat di dunia.
Keunggulan geografis inilah yang memotivasi Nada bahwa Batam berpotensi menjadi basis bagi lalu lintas perdagangan produk UKM dari wilayah lain di Indonesia menuju pasar global, khususnya Asean.
Harus diakui, selama gelaran pameran itu sangat sulit mencari produk UKM asli Batam. Patut dimaklumi memang, selain sulitnya bahan baku, kebanyakan UKM di kota ini lebih banyak bergerak di sektor perdagangan dan jasa. Jangan harap bisa mencari para perajin atau produsen barang-barang tertentu.
Tapi sekali lagi, itu bukanlah sebuah dosa. Justru, kondisi seperti inilah yang harus dioptimalkan oleh pelaku UKM di Batam untuk menjadi pusat jasa dan perdagangan produk kerajinan atau industri kecil tujuan ekspor.
“Batam memang lebih pantas menjadi trading house bagi produk-produk UKM ini. Ibaratnya, Batam adalah etalase bagi produk yang akan diekspor ke luar negeri,” tutur Nada.
Lantas, seperti apa konsep trading house yang diwacanakan itu dan bagaimana konsep itu bisa diakses secara baik oleh pedagang di kota ini untuk memenuhi pangsa pasar luar negeri?
Yang pasti, Batam tidak akan membuat bangunan baru untuk dijadikan sebagai trading house tersebut, sebab Sumatera Promotion Center (SPC) yang dulu dibangun dengan konsep seperti itu pun sama sekali tidak termanfaatkan.
SPC merupakan sebuah problematika tersendiri. Gedung yang dibangun oleh Pemda Provinsi Riau, Otorita Batam, dan Pemkot Batam senilai lebih dari Rp50 miliar itu sebenarnya disiapkan untuk menjadi pusat etalase produk asal Sumatra.
Tapi kenyataannya konsep itu tidak berjalan optimal. Tidak ada upaya yang konsisten dan komprehensif untuk merealisasikan konsep tersebut. Akhirnya, SPC tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan.
Bukan ritel
Tiada pilihan bagi Batam selain berkonsentrasi menjadi pusat jasa dalam mendukung transaksi perdagangan barang-barang ekspor. Untuk itu, konsep trading house itu harus diimplementasikan.
Upaya ini sudah dijajaki oleh Kadin Batam dan Kadin Bandung dengan membentuk sebuah jalinan perdagangan Batam-Bandung untuk produk-produk kerajinan dan industri dari ibu kota Jawa Barat itu. Tapi seperti apa bentuknya, tidak diatur secara jelas dalam perjanjian itu.
Deden Y. Hidayat, Ketua Kadin Bandung, berpendapat harus disediakan sebuah ruang yang bisa diakses secara baik oleh para pembeli dari luar negeri. Tidak berupa bangunan, tapi halaman portal yang bisa diklik secara online oleh pemesan luar negeri.
Menurut dia, produk UKM khususnya yang berasal dari Bandung sulit untuk dijual secara ritel di pulau ini, mengingat besarnya dominasi produk asal China dan Singapura. Pasarnya ada tapi tidak terlalu besar.
“Batam selayaknya menjadi ruang pamer bagi produk kerajinan dan industri yang hanya melayani pesanan dalam jumlah besar untuk pasar luar negeri,” ujarnya.
Bentuknya dengan membangun sebuah portal khusus berisikan informasi produk UKM asal Bandung dan daerah lain yang bisa diakses oleh pembeli di belahan dunia mana pun.
Para pengusaha kecil menengah dari seluruh Indonesia bisa mendaftarkan produknya dalam portal itu dengan membayar uang keanggotaan dan bagi pengakses bisa berlangganan dengan biaya tertentu.
Dengan menjadi anggota maka para pengusaha UKM itu bisa mendapatkan kesempatan mengikuti pameran dagang ke luar negeri, khususnya negara-negara Semenanjung seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, dan Vietnam.
Apakah ini yang dimaksud dengan trading house, atau ada definisi lain? Secara harfiah, arti dari trading house adalah tempat berdagang dan bertransaksi, baik secara elektronis maupun konvensional. Keduanya tetap mempertemukan penjual dan pembeli, baik melalui perantara maupun langsung dengan penjual.
Sonson Garsoni, Direktur PT Paska Konsultan, berpendapat trading house itu harus secara lengkap memasukkan konsep penempatan produk untuk mendekatkan penjual dan pembeli melalui sistem logistik yang baik.
“Kami mencoba membuat konsep gabungan dari etalase, portal, dan sistem logistik sehingga para buyer dari luar negeri bisa memesan produk di Batam dan barang dipasok langsung dari Bandung,” jelas dia.
Dengan demikian, para penjual tidak perlu membawa barangnya dalam jumlah besar untuk dipamerkan di Batam, cukup menjadi anggota BBI maka seluruh item produknya bisa ditampilkan di portal khusus.
Kendala
Namun, dia melihat sampai saat ini belum ada satu pun tempat atau program di Batam yang mirip trading house, sebab konsep ini belum terlalu dikenal di negara berkembang.
“Konsep ini justru sudah lebih dulu berkembang di negara maju. Kecepatan merespons pasar merupakan salah satu keunggulan dari negara maju seperti Jepang dan Korea, sehingga konsep ini bisa sukses,” ujarnya.
Menurut dia, Paska dan Kadin Bandung tengah membangun embrio dari konsep trading house itu sendiri karena ide mengembangkannya berangkat dari keinginan mempermudah akses pembeli di luar negeri terhadap produk UKM nasional.
Tapi sayangnya, masih banyak kelemahan yang harus diselesaikan agar konsep trading house ini bisa diimplementasikan di daerah lain, a.l. belum efisiennya usaha ekspedisi dalam negeri, yang terbukti dari banyaknya pungutan di pelabuhan sehingga mengganggu jadwal pengiriman dan menambah biaya.
Selain itu, aspek promosi juga sering diabaikan oleh para pelaku UKM sehingga produk nasional belum seluruhnya yang dikenal di mancanegara.
Untuk konteks Batam, Sonson melihat potensi yang besar dari pulau ini menjadi pusat perdagangan produk UKM untuk pasar Asean. Tapi peluang ini belum mampu digarap oleh pengusaha lokal Batam sendiri.
“Padahal, Batam sudah sangat lengkap. Letak strategis, pelabuhan ekspor bagus, serta iklim yang menunjang untuk kegiatan transaksi perdagangan.”
Nada, Deden, dan Sonson terlihat sudah satu suara dalam mendefinisikan makna trading house tersebut. Justru yang ditunggu kini adalah bagaimana agar konsep ini bisa segera terealisasi dan cita-cita menjadikan Batam sebagai etalase produk UKM nasional dapat terwujud. (suyono.saputra@bisnis.co.id)
Komentar
#7 – Web BBI mana ?
Walaa2x…..napa BBI namanya besar tapi web BBI nya di www.bbi-market.com itu kok gak bs dibuka atau underconstruction terus ? Gmn dong Pak, Mas dan Ibu ?
Devita – Bandung @ 01/08/2007 – 23:42 WIB dari 202.154.42.156
#6 – overseas market
silahkan kunjungi www.kamar-indonesia.com untuk memasuki pasar global
karindo – bandung @ 01/08/2007 – 23:19 WIB dari 203.166.205.50 (203.166.205.50)
#5 – Bisa Partisipasi di BBI ?
Saya asli Bandung yang dah lama mukim di Batam senang juga baca artikel Trading House dengan prospek bagi UKM. Saya sangat tahu kondisi Batam dan hubungannya dengan pasar Semenanjung ….sangat baik jika memang jalan. Dengan pengalaman saya, bisakah partisipasi di BBI ? Apa yang bs saya lakukan bagi berkembangnya BBi bagi pemasaran produk lokal Jawa Barat atau Indonesia pada umumnya akan saya lakukan Pak ? Dimana alamat proyek BBI ini di Batam ? atau di Bandung ? Koswara
Kosum Koswara – Batam @ 31/07/2007 – 15:28 WIB dari 125.162.87.198 (198.subnet125-162-87.speedy.telkom.net.id)
#4 – BBI Buat Siapa ?
Idenya sih kelihatan bagus, menyiapkan embrio trading house bagi UKM dengan memulai Portal dan layanan promosi kemudian mengembangkan layanan logistik. Masalahnya BBI ini buat UKM ayau buat pengusaha besar ? Saya berharapnya bagi kami sebagai UKM, jadi mestinya gak ada biaya bagi UKM mempromosikan di BBI ini. Nah gimana dong Pak Sonson Garsoni, bisakah anda mendapat dukungan pemerintah provinsi dan Kota atau bahkan pemerintah pusat ? Dadang
Dadang – Bandung @ 29/07/2007 – 18:20 WIB dari 125.162.169.33 (33.subnet125-162-169.speedy.telkom.net.id)
#3 – Sarana Pemasaran UKMK
Wah ini hal bagus sebagai terobosan baru dalam usaha memasarkan aneka produk dalam negeri. Apa Kadin Kota Bandung bisa juga kerjsama dengan Kadin Denpasar atau Kadin Badung buat BBI ( Bandung Bali Incorporated) ? Bukankah Bali potensial sebagai tempat memasarkan produk dari jawa ke Bali, NTB, NTT dan bahkan Australia ? Selamat atas gagasan ini kalau dapat dilaksanakan, tapi jangan hanya wacana tanpa ada pelaksanaan ya !!! Maryanto
Maryanto – Bali @ 27/07/2007 – 18:19 WIB dari 125.162.175.149 (149.subnet125-162-175.speedy.telkom.net.id)
__________________________________________________
diambil dari Bisnisn Indonesia, 20 Juli 2007, klik http://web.bisnis.com/artikel/2id330.html