Agribisnis berbasis Kompos, Suatu Peluang Bisnis

Penguraian bahan organik, limbah maupun sampah, dengan upaya daur ulang (recycle) maupun guna ulang (reuse), akan menjadi material baru berupa kompos. Bagi kepentingan pertanian di pedesaan, perawatan tanaman hias dan obat di pekarangan, kompos – sebagai jenis pupuk organik, sangat penting untuk menggemburkan dan menumbuhkan jasad mikrobilal lingkungan tanaman. Tanah yang miskin kandungan C Organik, berasal dari pelapukan material organik seperti sampah dan limbah, akan menunjukkan gejala mengeras, retak-retak dikala musim kering, berderai dan kehilangan porositas. Tanah miskin hara dan C Organik, tidak memiliki kegemburan dan pori tanah, cacing pun tidak bisa hidup di dalamnya, tidak layak bagi budidaya dalam rangka suatu usaha pertanian (agribinis). 
 
Usaha pertanian skala kecil, melalui pembuatan taman dan budidaya tanaman di pekarangan rumah, kendati bisa menggunakan pupuk kimia, namun dengan mempertimbangkan hasilnya dikonsumsi, akan memerlukan perlengkapan taman dan sangat dianjurkan hanya diaplikasi kompos. Unsur hara dan senyawa, yang diaplikasikan pada tanaman pekarangan seperti tanaman obat keluarga (toga), herbal dan aneka tanaman bumbu,  dari bahan kandungan pupuk organik kompos, akan menyehatkan tanaman, selanjutnya menyehatkan manusia yang mengkonsumsinya.
Kompos, kini dikomersialkan sebagai pupuk guna melengkapi peranan penyedia unsur hara dalam konsentrasi tinggi pada pupuk buatan (sintetis), seperti aneka jenis pupuk yang kini banyak beredar. Berbagai jenis pupuk kimia, mulai pupuk dengan kandungan hara tunggal hingga majemuk, pupuk formula spesifik tanaman maupun pupuk berbentuk tabur dan bentuk pupuk tablet. Perkebunan, dan pertanian komersial (agribisnis) yang mengusahakan tanaman tahunan, atau tanaman keras, dalam menjaga tingkat produktivitasnya, sangat tergantung kepada pupuk kimia. Namun, meningkatnya kerusakan lahan akibat ekspoloitasi terus menerus, serta tuntutan pengurangan emisi timbulan efek rumah kaca dalam pemanasan global, penggunaan kompos, khususnya yang mendapat asupan inokulan bakteri penambat (N2), pelarut posfat, zat tumbuh (ZPT) sebagai katagori kualitas pupuk hayati, penggunaannya makin meningkat. 


Pupuk organik seperti kompos maupun pupuk hayati sangat penting dalam membangun agribisnis atau pertanian berbasis organik, yakni praktek budidaya pertanian dalam menghasilkan aneka bahan pangan berlabel produk sehat, memiliki kandungan residu kimia dibawah ambang batas yang membahayakan kesehatan.
 
Tren meningkatnya permintaan produk pangan sehat, khususnya di perkotaan, menuntut warga kota itu sendiri mendukungnya dalam bentuk kemelimpahan kompos dan pupuk organik bagi pertanian. Karena, hasil pertanian akan kembali ke kota, menjadi makanan kita semua. Makin banyaknya komunitas Posko Hijau – Green Phoskko Organic Product, melakukan pilah olah sampah di kota, biaya pupuk pertanian diharapkan akan turun, dan sekaligus dengan itu naiknya kesejahteraan petani. Sedikit merobah kebiasaan kita semua, dalam meletakan dan menempatkan material sisa aktiviats, dalam tempat sampah secara terpisah berdasar jenisnya, memberi arti besar pada perbaikan derajat kesehatan serta kesejahteraan. Daur ulang sampah menjadi kompos, membuka peluang berkembangnya agribisnis berbasis kompos sebagai pupuk organik, selanjutnya memberi kemelimpahan pada ketersediaan produk sehat, bagi kita semua*).

Selanjutnya,
Posko Hijau ( Kelola Sampah Berbasis Komunitas): Daur Ulang Sampah, Membuka Peluang Bisnis dan Kemelimpahan Produk Sehat