Sampah Berlimpah = Bisnis Luar Biasa!
Hmmm, judulnya provokatif juga ya…:-).
Halo DF-ers,
Salam kenal, saya anggota baru disini yg langung nekat bikin thread disini. Mudah-mudahan gak ditimpukin rame-rame ya..:-).
Terus terang saya bukan pakar sampah atau lingkungan sama sekali, saya cuma sedang cari-cari informasi di internet tentang bisnis pengolahan sampah pasar (hijauan) untuk dijadikan pupuk kompos/pupuk organik.
Hipotesa saya sederhana, kalo para investor/pebisnis bisa melihat sampah pasar yg berlimpah sebagai peluang bisnis pupuk kompos/organik yg bisa menguntungkan, mungkin sampah pasar tidak akan menumpuk dan menimbulkan bau dimana-mana ya…?
Informasi yg saya dapetin cukup lumayan. Saya juga sudah make komposternya pak sukamto untuk mengolah limbah organik rumah saya jadi kompos cair. Lumayan, gak beli pupuk kompos lagi.
Termasuk juga informasi yg dikencana online yg punya komposter yg bisa mengubah 1 ton (2-3 m3) sampah organik jadi kompos padat dan cair hanya dalam waktu 5 hari saja.
Dari hitung-hitungan di situs kencana online, kalo diliat secara bisnis lumayan banget. Kalo ga salah kutip, dengan modal 15 jt udah bisa beli komposter untuk mengolah 1 ton (2-3 m3) sampah organik menjadi produk kompos padat dan cair dengan keuntungan sebesar Rp. 2.000.000,- (penjualan) – Rp. 135.000,- (Biaya produksi) = Rp. 1.865.000,- per 5 hari. Kalo kita punya 6 komposter berarti bisa produksi setiap hari. Menarik ga?
Sebelum salah sangka, sekali lagi saya sama sekali tidak ada hubungan bisnis dengan kencana online dan/atau pak sukamto, apalagi sebagai sales pemasarannya…he..he.
Justru saya posting wacana ini disini, karena ingin belajar dan menangkap lebih banyak lagi informasi tentang potensi bisnis sampah di Indonesia, benarkah hipotesa saya semula? bahwa:
Sampah Berlimpah = Bisnis Luar Biasa!
Adakah yg udah mencoba menjalankan bisnis sampah ini sebagai bisnis profesional?, saya banyak membaca study kasus yg menjelaskan bukan dari sudut pandang bisnis. kebanyakan dibangun sebagai program-program sosial, dsb.
Bukan apa-apa saya kuatir karena terlampau menjadi gerakan sosial, akhirnya potensi bisnisnya yg NYATA justru akan terkubur, padahal bisa dibayangkan kalau pemilik modal bisa melihat potensi bisnis ini sebenarnya.
Tulung koreksi kalo saya keliru….