Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, berharap dalam waktu dekat ini bisa kembali mendapatkan dana corporate social responsbility (CSR) untuk mengembangkan mesin biodigester atau mesin penghancur sampah organik rumah tangga di tingkat Rukun Tetangga (RT).
Menurut Ridwan, perlu dana cukup besar untuk mengembangkan mesin tersebut. Satu unit mesin Biogas, Bio Elektrik dan Pupuk terkecil ini beharga pada kisaran Rp 10 juta. “Ini bagian dari wacana kami akan bikin gerakan zero waste home, rumah-rumah sampahnya bisa berkurang banyak,” kata Ridwan.
Namun, Ridwan mengatakan dengan harga per unit biodigester tersebut maka dibutuhkan sekitar Rp 100 miliar untuk mewujudkan ketersediaannya di setiap RT di Kota Bandung. Secara teori, kata dia, satu mesin biodigester dapat menghancurkan sampah organik dari 15 rumah tangga.
Bila optimal, papar Ridwan, kehadiran mesin tersebut di setiap RT di Kota Bandung akan menghilangkan setengah jumlah sampah saat ini di kota itu. Dia mengatakan separuh sampah Kota Bandung di tempat pembuangan akhir (TPA) berasal dari sampah rumah tangga.
Selain menghancurkan sampah sebelum sampai ke tempat pembuangan sampah (TPS) kecil dan TPA, sistem kerja biodigester juga akan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos. “Karena rumah tangga, kalau kita taruh biodigester di RT/RW itu secara teori berhasil, TPS-nya juga tidak perlu banyak,” ucapnya.
Selain butuh biaya besar untuk mewujudkan program zero waste home tersebut, Ridwan mengakui perlu waktu cukup lama untuk melakukan edukasi kepada masyarakat. Kendati demikian, dia optimistis program tersebut bakal terwujud dalam waktu dekat.
“Berkaca dari gerakan sejuta biopori, saya optimistis karena warga Bandung partisipatif. Asal, political will dari pemerintah, jajaran komunitas, dan warga bisa berperan dalam gerakan zero waste ini,” papar Ridwan.
Rencana pengembangan sampah biodigester ini bukan semata wacana. Selain mendapatkan dukungan dari APBD 2014 Kota Bandung, rencana tersebut didukung pula oleh Pemerintah Pusat. “Ini tidak mudah, kita bagi-bagi tugas untuk mencari pendanaan. Sebagian APBD sebagian lagi APBN,” tuturnya.
Menurut Ridwan, Kementerian Lingkungan Hidup juga sudah menyatakan mendukung gerakan mengurangi sampah sejak dari rumah ini. “Nanti ada yang mengurusi bisnisnya, mengurusi sponsornya, dan lain-lain. Intinya saya baru mulai dan saya juga tidak mau gagal,” tegas dia.
Link Berita, http://www.halojabar.com/