Model Pengelolaan Sampah Dalam Perbaikan Kampung Terpadu

Menghadapi banjir, perobahan cuaca secara ekstrim maupun bencana longsor akibat pemanasan global jadi ingat film “The Day After Tomorrow” tuh…….. Tanpa kesadaran masyarakat dan komitmen kuat pemerintah, akan terjadi deh ……………bencana tanpa kita bisa menghadapinya. Untung ada hal baru, mulai makin banyaknya minat masyarakat dan perusahaan mengelola resiko buangan gas methan- sekaligus memanfaatkan kadar organiknya dari sampah. Dengan kompos yang dihasilkan, diyakini berperan dalam memperbaiki tekstur tanah berderai menjadi gembur dan jadi berkemampuan menyerap serta menyimpan air tatkala hujan. Tanah -yang digemburkan dengan kompos- akan menjadi “catchment area” yang baik dikala hujan lebat. Cari cara kurangi resiko banjir ditengah deru pembangunan gedung, jalan dan jembatan menutupi tanah dengan aspal dan beton……ya olah sampah menjadi kompos ………………. 

Setelah PT Perusahaan Gas Negara PGN ( Persero) sukses membina masyarakat Bandung, Pemkota Cimahi mendidik warganya dan BKKBN membuat pemodelan pengolahan oleh keluarga di berbagai Provinsi kemudian juga Astra Auto 2000 Sungkono Surabaya mengolah sampah di outlet layanan service-nya dengan komposter Biophoskko, kini Dinas Lingkungan Majalengka, CHF di Aceh atas biaya UNDP, Bapedalda Donggala Sulteng, Dinas Lingkungan Kota Bekasi, Pertamina EP Bunyu di Tarakan, PT Billpass Asri Kersana, PT Mastolindo Surabaya dan perusahaan di Kutai Barat serta banyak lainnya berlomba membina masyarakat dalam mengolah sampah menjadi kompos. Bahkan secara khusus, PT Billpass mengelolanya menjadi suatu proyek Perbaikan Kampung Terpadu (PKT) bagi ratusan rumah tangga di wilayah Pucuk Beringin Kelurahan Sunter Jakarta Utara. 
Model pembinaan masyarakat dalam mengolah sampah menjadi kompos – khususnya menggunakan komposter Biophoskko, baik model rumah tangga maupun komunal- semakin banyak dilakukan oleh kalangan pengusaha dan perusahaan. Sebut saja Unilever Peduli di Surabaya dan PT. Perusahaan Gas Negara ( Persero) di Bandung. Namun hal baru bagi Posko Hijau adalah, ketika Pertamina EP Bunyu Tarakan memesan ratusan komposter Biophoskko untuk menjadikan model pembinaan masyarakat di suatu Pulau Bunyu- yang kita ketahui relatif belum terdengar bermasalah dengan sampah- dan tak lama kemudian suatu perusahaan Developer, PT Billpas Asri Kersana di Sunter Jakarta. Maka jadilah suatu kawasan masyarakat dan ratusan rumah tangga yang peduli sampah serta mengolahnya menjadi kompos. 

 

Hal yang menggembirakan bukan saja kesediaan melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dengan membelanjakan uang bagi pembelian komposter dan bahan habis pakai ( aktivator dan mineral penggembur kompos) dalam pembuatan kompos, namun adalah ketekunan dan komitmennya pada perbaikan lingkungan dengan mengajak masyarakat bukan hal mudah. Namun dengan ketekunan dan kesabaran, serta atas dukungan kit eduksi dan promosi dari penyedia aneka barang keperluan pengolahan sampah yakni PT. Cipta Visi Sinar Kencana (CVSK) Bandung, partisipasi masyarakat dapat ditumbuhkan dalam mengelola sampahnya menjadi kompos.
Sedikit apapun peranannya, upaya banyak pihak pelanggan Kencana Articles diatas dalam membiasakan masyarakat mengelola sampah menjadikannya kompos sangat berarti bagi upaya penanggulangan kemiskinan dan sekaligus perbaikan lingkungan dalam menghadapi banjir. Diketahui kalau kompos mampu meningkatkan kegemburan lahan, mengikat tanah berderai dan meningkatkan pori tanah sehingga berkemampuan menangkap dan memerangkap tanah akan air hujan. Dengan demikian, jika setiap rumah mengelola sampah menjadi kompos dan kemudian membuat tanah pekarangannya menjadi pemerangkap air ( catchment area) seluas 50 m2 per rumah tangga maka dapat dihitung jika 1000 rumah akan berarti 5 ha ( 50.000 m2) menjadi penangkap air dikala banjir. Tentu saja luasan tanah gembur penangkap banjir akan berperanan dalam mengurangi aliran deras air yang membuat bencana. Nah kalau disadari demikian, siapa lagi yang mau partisipasi dalam meluaskan area tanah pemerangkap air dikala hujan dengan membuat kompos di wilayah pemukiman masing- masing ? Mungkinkah semua developer dan pengembang properti – yang notabene sebagai pihak yang berperan dalam melapisi tanah oleh beton dan jalan dapat menyumbangkan peranan membangun kawasan-kawasan catchment area ini dalam bentuk Perbaikan Kampung Terpadu di sekitar perumahan dan properti yang dibangunnya ?? semoga ……………..Tim Posko Hijau+++)