Pelatihan Agribisnis Prospektif, Memanfaatkan Tren Permintaan Organik

Berdasar pencermatan Kadin Jawa Barat diketahui terdapat banyak prospek usaha pertanian (agribisnis) yang masih bisa diusahakan pelaku bisnis maupun masyarakat. Khususnya, dengan mempertimbangkan keberadaan sumberdaya serta tren gaya hidup ( life style) sehat, yang semua itu dimulai dari kebutuhan konsumsi pangan hasil agribisnis berbasis organik.

Praktik budidaya pertanian yang hanya memperhitungkan pada hasil sesaat tanpa peduli efek kerusakan dikemudian hari, telah menyebabkan rusaknya kesuburan lahan pertanian. Unsur-unsur dalam tanah ( C-organik dan hara terkandung secara alamiah) terangkut oleh hasil panen serta, efek dari penggunaan pupuk kimia ( anorganik) secara berlebihan meningkatkan ketergantungan tanaman akan asupan ( input) hara luar dan menghilangnya kemampuan lingkungan tanaman menyediakan hara secara mandiri ( alamiah) . Karenanya, sangat diperlukan perlakuan khusus untuk memperbaiki dan mengembalikan kesuburan lahan tersebut menjadi produktif kembali, dengan mengkombinasikan asupan hara anorganik terbatas. 

 
Aplikasi teknologi granular majemuk tablet ( Gramalet® ) pada dosis secara bijaksana dan pupuk organik serta hayati diketahui mampu mengembalikan serta menjaga produktivitas tanaman tetap meningkat. Menurut Balai Besar Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor ( 2008) , 73% lahan pertanian Indonesia kandungan bahan organiknya rendah ( antara 0, 6-2% ) , 23% dalam kondisi sedang ( bahan organik tanah 2-3% ) , dan hanya 4% dari seluruh luasan lahan yang tergolong memiliki bahan organik tinggi ( lebih 4% ) . Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi tanah pertanian di wilayah tropika yang diterpa curah hujan tinggi.

Selanjutnya kunjungi,
Agenda Asosiasi Bisnis Di Jawa Barat: Pelatihan Agribisnis Prospektif, Memanfaatkan Tren Permintaan Organik

Bacaan terkait,
Info Bisnis (d/h Kliping): Pasar Pupuk Organik Berkembang, Bahan Baku Kompos Kurang