Indonesia memiliki aneka produk pertanian, khususnya hortikultura, dengan ragam plasma nutfah dan varietas yang memungkinkan bagi upaya pengembangan buah, sayuran dan bunga. Namun hasil tanaman hortikultura mempunyai sifat khusus antara lain : (a). mudah atau cepat busuk ( perishable) , tetapi selalu dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Sejak panen sampai pasar memerlukan penanganan secara cermat dan efisien karena akan mempengaruhi kualitas dan harga pasar, (b).memiliki nilai estetika, jadi harus memenuhi keinginan masyarakat umum. Keadaan ini sangat sulit karena tergantung pada cuaca, serangan hama dan penyakit, namun dengan biaya tambuhan kesulitan itu dapat diatasi, (c). produksi umumnya musiman, beberapa diantaranya tidak tersedia sepanjang tahun, contohnya durian, langsat, rambutan, manggis, dll, (d). memerlukan volume ( ruangan volumenes) yang besar, menyebabkan ongkos angkut menjadi besar pula dan harga pasar menjadi tinggi, (e). memiliki daerah penanaman ( geografi) yang sangat spesifik atau menuntut agroklimat tertentu, contoh jeruk Tebas, Durian Balai Karangan, Langsat Punggur, Duku Palembang, Jeruk Garut, Mangga Indramayu, Markisa Medan, Rambutan Parit Baru, Nenas Palembang dan lain lain.
Demikian pula pada kelompok hortikultura tanaman hias dan bunga potong. Kelompok tanaman ini berkembang sejak 1983 di DKI Jakarta, dataran tinggi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Timur. Kelompok bunga potong, tanaman hias pot, tanaman hias pohon, anggrek, anyelir, mawar, krisan, gladiol, dan lain sebagainya. Jumlah dan jenis jenis baru mulai meningkat seperti melon, jagung manis, brokoli, sedikit demi sedikit mulai berkembang.
Guna ikut serta mendukung perkembangan hortikultura nasional, CVSK dengan ini mengenalkan teknologi pupuk dan pemupukan melalui penyediaan pupuk bentuk tablet formula spesifik. Pupuk yang diproduksi dan diformulasi di tingkat pabrik tersebut berbentuk tablet, dengan berbagai pilihan ukuran 3 gram, ( bagi pemupukan sayuran dan tanaman semusim dosis rendah) serta ukuran tablet 10 gram (bagi tanaman hortikultura tanaman keras buahan). Setiap pupuk tablet terdiri dari kandungan makro primer NPK ( Nitrogen, Posfor, Kalium ) diperkaya unsur pupuk makro sekunder ( Mg, S, Ca) dan mikro esensial meliputi copper, Chlor, manganese, zinc, boron, molybdenum, iron ( Mo, Co, Mn, Fe, B, Bo, Cu, Zn, Cl ) . Pupuk Gramafix® menjamin kelengkapan, sedikitnya 13 unsur hara yang diperlukan tanaman tersedia dalam setiap tablet, yang sehingga karena kelengkapan unsur hara itu, dalam kondisi lahan dengan kesuburan rata-rata, tidak memerlukan tambahan pupuk lainnya -termasuk dalam hal ini pupuk Urea ( N) , pupuk Posfor ( SP) dan pupuk Kalium ( KCL) . Pupuk ini terdaftar di Dep Pertanian RI dan memiliki tanda pengguna SNI.
Disamping menyediakan pupuk kimia ( anorganik) berbentuk tablet, CVSK juga mendukung pengembangan hortikulltura dengan mengenalkan mesin pengolah limbah dan sampah organik organik menjadi kompos dan pupuk organik cair. Diketahui, petani hortikultura sudah sadar akan pentingnya penggunaan pupuk organik bagi hasil tanamannya, dibanding dengan kelompok petani perkebunan maupun padi. Apalagi produksi hortikultura ( sayuran, buah) saat ini paling banyak diekspor ke luar negeri yang mensyaratkan produk harus bebas residu bahan kimia berbahaya. Negara-negara tujuan ekspor hortikultura, saat ini, menerapkan peraturan ketat tentang batasan minimum kandungan kimia dalam produk hortikultura. Aturan tersebut mengacu pada prinsip keamanan pangan yang ditangani tim internasional Rapid Alerts System for Food and Feed ( RASFF) . Salah satu tugas tim RASFF adalah mengumpulkan informasi menyangkut seluruh fase produksi, transformasi, dan distribusi pangan dan pakan ( termasuk kelompok komoditi hortikultura) di sebuah negara. Hasil analisis dan kesimpulan kerja tim RASFF dijadikan dasar sebuah negara untuk meloloskan atau mengembalikan pengiriman ( ekspor) pangan di balai karantina masing-masing negara.