Ternyata bukan Rapat, mereka semua disertai para peserta dari PT CV Sinar Kencana – adalah mengikuti Trip atau wisata Organik Posko Hijau. Ini bukan mau buat adegan iklan rokok “geng hijau” lho ?
Sejenak sebelum berangkat, di Herbal Corner – suatu sudut MarkNet yang ditata menjadi suatu Bar – kami
disuguhi minuman dan makanan camilan AkUOkE dengan aneka pilihan ada kripik singkong, nangka, salak, opak ketan bakar (OKB) dan rengginang kecil-kecil. Setelah penjelasan singkat Trip Organik Posko Hijau dari Ir Sonson Garsoni- yang saat itu ternyata bertindak sebagai fasilitator atau pemandu, kami pun satu persatu naik Bis Pariwisata. Berkapasitas 27 seat, bis ini terasa nyaman karena dilengkapi dengan Air Con (AC), Reclinyng Seat- hingga bisa bersandar dengan nyaman, TV dan VCD serta Mic bagi keperluan diskusi.Dengan perut kenyang, setelah satu jam perjalanan melewati sawah dan ladang penduduk, sekitar pkl 14.00 sampailah peserta Wisata Organik ke lokasi Instalasi Pengolahan Kompos Kota (IPKK) Posko Hijau di Ciparay. Sebenarnya daerah ini sudah masuk wilayah Kabupaten Bandung, melewati daerah Jelekong tempat dalang terkenal Asep S Sunarya serta Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Jelekong, peserta pun akan merasakan suasana desa yang resik. Peserta diberi penjelasan tatacara pengolahan sampah skala komersial ini. Ibu Tuti, perintis usaha ini menjelaskan bahwa sampah dari sekitar rumah dan pasar diolah hanya 5 hari bisa menjadi kompos- suatu pupuk organik yang amat penting bagi pertanian dalam menghasilkan makanan sehat.Suasana resik pedesaan di sekitar Bandung amat terasa disini. Masih ada angsa berkeliaran, ada kolam ikan serta ternak domba dan ayam- yang satu sama lain saling berkorelasi atau “bersimbiose mutualis” gitu dech. Sampah organik, hasil pemilahan bahan kompos, jadi makanan domba; Sementara lain, kotoran domba menjadi bahan kompos. Demikian juga kotoran ayam, menjadi bagian dari bahan kompos – yang bermanfaat dalam menaikan kandungan unsur hara kompos dan memperbaiki C/N rasio serta temperatur dalam proses pembuatan kompos. Namun, jangan disangka jika tempat ini, kendati dekat kotoran dan sampah, adalah bau dan kotor. Bahkan, lalat pun hampir tidak ada sama sekali dan rumah yang lokasinya hanya 2 m dari IPKK resik-resik aja kok.
Diskusi di tepi sawahpun mengalir, maklum trip kali ini diikti para para “dedengkot” pertanian Jawa Barat. Suatu temuan bagi peserta adalah sawah dengan menggunakan pupuk organik kompos ditaksir dari sawah yang sudah musim ke 3 menggunakan pupuk organik ini akan mampu hasilkan 8 ton GKP ( Gabah Kering Pungut). Lalu jika kemudian dikonversi setelah dijemur menjadi 6 ton Gabah Kering Giling (GKG) dan rendemen terhadap beras adalah 70 % akan dihasilkan tidak kurang dari 4.000 kg beras sehat-menyehatkan. Dapat dihitung berapa pendapatan petani, yang kemudian mengklaim sebagai penghasil beras “Ciparay Wangi” ini, jika harga beras mereka dihargai para pembeli “kalangan atas” hingga Rp 7.000,-/kg. Tidak kurang dari Rp 28 juta rupiah bukan ?
Setelah berpuas diskusi beras organik, saat itu peserta sepakat tidak akan ikuti jadwal yang tersedia yakni minum kelapa muda di depan pesawahan di Jelekong, maka kami pun berangkat menuju Kota Bandung. Dengan mengambil jalan baru, bukan sama dengan berangkat, melalui daerah Sapan, sekitar 1 jam kemudian atau pkl 16.30, sampailah peserta Trip Organik kembali ke tempat Meeting Point semula, Graha Kadin Kota Bandung. Di sini peserta disaji aneka minuman berbahan serba herbal, green tea dan berkhasiat. Disinipun peserta dapat melepas penat setelah duduk tanya jawab di Bis, juga tersedia Mushala di Basement Graha Kadin bagi Muslim serta, peserta lainnya ber “kongkow ria” diiringi semilir angin sore Bandung sambil “cuci mata” mengamati jalan – yang setiap sore memang dilalui banyak “gadis bandung”.
…please where can I buy a unicorn?
Hello. And Bye.