Usaha Kompos Menguntungkan

TALAGABODAS, (GM).-Jika dalam dua pekan mendatang permasalahan sampah di Kota Bandung tidak diselesaikan, dipastikan Kota Bandung menjadi lautan sampah. Untuk itu, masyarakat rumah tangga harus berperan aktif mengatasi permasalahan sampah sehingga bisa mendapatkan profit.Terkait dengan itu, Gerakan Darurat Penanganan Sampah Kota Model Skala Lingkungan (kelurahan/ RW) yang terdiri dari Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia (APPKMI) Jawa Barat, Asosiasi Konsultan Non-Konstruksi Indonesia (Askindo) Jawa Barat, Asosiasi Kelompok UPPKS (AKU) Jawa Barat, dan Forum RW Kota Bandung akan membagikan 1 ton bahan pengolahan sampah menjadi kompos kepada masyarakat Kota Bandung.Bahan tersebut diharapkan bisa dimanfaatkan setiap warga RW di Kota Bandung untuk mengolah kompos yang kemudian dapat dijual Rp 200/kg ke AKU Jawa Barat selaku agen.”Saya harap masyarakat tidak hanya tertarik karena keuntungannya, melainkan juga karena kesadaran menangani masalah sampah. Sehingga, masalah sampah ini sedikitnya bisa berkurang. Soalnya kalau kurang dari 2 pekan mendatang masalah sampah ini tak segera diatasi, Kota Bandung bisa menjadi lautan sampah,” kata Ketua APPKMI Jawa Barat, Ir. Sonson Garsoni, kepada wartawan di Graha Kadin Kota Bandung, Jln. Talagabodas Bandung, Jumat (25/2).

Meskipun demikian, ia mengakui, pengolahan sampah menjadi kompos ini cukup menguntungkan. Ia mengatakan, dalam program ini AKU sebagai agen hanya menerima Rp 200/kg. Sedangkan harga di pasaran Rp 500 – Rp 600/kg. “Boleh saja kalau mau menjualnya ke pasar. Soalnya, yang terpenting ‘kan bukan masalah uangnya, melainkan mengatasi permasalahan sampah ini,” tegasnya.Upaya pengelolaan sampah ini dapat dilakukan warga RW atau komunitas rumah tangga. Untuk RW, pembuatan kompos dapat dilakukan dengan memanfaatkan tanah RW. Kemudian, profitnya dapat dimasukkan ke kas RW. Sedangkan untuk rumah tangga, ini dapat dilakukan dengan menggunakan bio reaktor mini yang terbuat dari drum plastik. “Kalangan rumah tangga yang berminat mengolah sampah jadi kompos tentu saja bisa mendapatkan bio reaktor mini ini,” tambahnya.Selain dukungan dari masyarakat, Sonson juga berharap kegiatan ini didukung instansi terkait seperti Perum Perhutani. Instansi tersebut diharapkan dapat menyerap kompos sehingga minat masyarakat untuk mengembangkannya cukup tinggi.Kewalahan

Pada kesempatan yang sama, Dirut PD Kebersihan Kota Bandung, Drs. Awan Gumelar, M.Si. mengatakan, pihaknya menyambut baik rencana pengolahan sampah menjadi kompos yang dilakukan masyarakat ini. Pasalnya, selama ini pihaknya kewalahan menangani sampah karena tidak semuanya terangkut ke tempat penampungan akhir (TPA). Terlebih, TPA Leuwigajah untuk sementara tidak bisa dipakai sebagai tempat pembuangan sampah.”Karena sampah tidak terangkut semuanya, saya memberikan edaran kepada masyarakat. Jika ada sampah yang kering dan mudah dibakar, saya anjurkan untuk dibakar saja. Tapi, program ini akan meringankan beban PD Kebersihan,” ujarnya.Ia mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mendukung rencana gerakan darurat penanganan sampah. Namun, ia tidak mengetahui berapa jumlah anggaran yang disediakan pemerintah untuk menyokong program ini. “Saya belum tahu berapa anggaran yang nantinya akan disediakan. Lebih baik proposal mengenai gerakan ini disampaikan langsung kepada walikota,” tuturnya.Sementara itu, Dr. Ir. Tualar Simarmata M.S. dari Laboratorium Biologi dan Bioteknologi Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) mengatakan, saat ini perlu dilakukan perubahan paradigma manajemen limbah perkotaan secara komprehensif.Ia menjelaskan, produsen limbah rumah tangga, industri, dan usaha lainnya harus menanggung biaya pemrosesan limbah tersebut menjadi pupuk organik (kompos). Sedangkan konsumen yang memanfaatkan kompos untuk pertanian ekologis tersebut mendapat penghargaan dengan mendapatkan kompos yang sangat murah. “Konsep seperti ini sudah diterapkan di mancanegara,” tambahnya. (B.44/B.95)