Suasana resik pedesaan di sekitar Bandung amat terasa disini. Masih ada angsa berkeliaran, ada kolam ikan serta ternak domba dan ayam, yang satu sama lain saling berkorelasi atau “bersimbiose mutualis” gitu dech. Sampah organik, hasil pemilahan bahan kompos, jadi makanan ternak domba; Dan, kotoran domba itu menjadi bahan kompos. Demikian juga kotoran ayam menjadi bagian dari bahan kompos, yang bermanfaat dalam menaikan kandungan unsur hara kompos dan memperbaiki C/N rasio serta temperatur dalam proses pembuatan kompos. Namun, jangan disangka jika tempat ini, kendati dekat kotoran dan sampah, adalah bau dan kotor. Bahkan, lalat pun hampir tidak ada sama sekali dan rumah yang lokasinya hanya 2 m dari IPKK resik-resik aja kok. Bahan sampah, yang telah dirajang dengan mesin pencacah sampah organik (MPO), menjadi ukuran sekitar 10-15 mm, diberi material mineral penggembur Green Phoskko (GP-2) agar menyerap mikroba patogen, menaikan PH bahan kompos menjadi netral, menjaga kelembaban air serta terutama menghilangkan bau sampah- khususnya jika sampah berasal dari pasar dan telah lebih dari 10 jam tersimpan. Ukuran sampah memang masalah bagi bahan asal pasar, seringkali berukuran besar sehingga memerlukan perajang mengecilkannya. Namun, sampah rumah tangga umumnya sudah kecil tidak perlu lagi perajang dong…………!! Apapun caranya, buatlah ukuran sampah sekecil mungkin jika bisa, kaitannya dengan kecepatan proses dekomposisi saja. Makin kecil dan halus, dijamin sesuai cerita ini, 5 hari jadi kompos yang baik. Kompos, yang dihasilkan amatlah menguntungkan jika sekali proses 1 ton bahan sampah, sesuai kapasitas Rotary Klin RKM 1000L, 5 hari kemudian menjadi 400 hingga 500 kg kompos dan sekitar 20 botol @ 500 kg pupuk organik cair. Dengan harga murahnya, kompos Rp 1000,-/ kg dan pupuk cair Rp 40.000,-/ botol, tidak akan kurang dihasilkan Rp. 1.000.000 hingga Rp 1.500.000,-/ hari. Sungguh suatu pendapatan yang menggiurkan jika saja para peserta, selepas trip atau wisata organik ini segera membuka usaha sama. Bahkan dalam Trip ke-3, sekitar bulan Agustus lalu, yang diikuti para pengusaha dan pejabat Koperasi Malaysia-, Dato’ Adzmy Abdullah, Kuasa Setia Usaha Kementrian Koperasi dan Pembangunan Usahawan Malaysia, sangat tertarik dan akan mengembangkan Instalasi Produksi Kompos ini bagi usahawan di Malaysia.
Sepanjang jalan yang dilalui, peserta akan melihat langsung tanaman sehat menyehatkan. Pengertian sehat dalam arti bagi manusia, bukanlah sebagaimana dilihat di super market. Bahkan tanaman sehat menyehatkan justru seringkali daunnya berlobang, mungkin bekas ulat, karena tanaman bebas pestisida. Peserta, lagi, di beri penjelasan Ibu Tuti tentang produksi beras sehat BerSeka, di kawasan sawah yang sepenuhnya menggunakan kompos. Padi mulai sebagian menguning dengan biji padi yang bernas, menandakan sekitar 2 minggu lagi akan panen. Sawah di sekitar Ciparay ini telah menggunakan kompos dan beberapa petak petani juga menggunakan pupuk majemuk Gramalet formula tanaman Padi.
Masih Sekitar Ciparay, seusai melihat pesawahan organik, peserta Trip disinggahkan ke tempat yang amat sederhana. Disini dapat dinikmati aneka penganan, yang pasti organik dan alami mengingat hasiltanaman para petani sekitar dengan keadaan ekonomi yang sederhana atau petani miskin. Ada kelapa muda, kacang kedelai rebus terkadang kacang tanah rebus, semangka dan bahkan makanan khas daerah ini yakni “borondong garing’. Di sekitar ini pula bisa didapatkan kerajinan wayang golek, lukisan, aneka alat dan bahan memancing serta hobby burung dan melihat pemandangan sawah yang seluas mata memandang………..……… Setelah berpuas menikmati dan melepas dahaga meminum kelapa muda di depan pesawahan di Jelekong, berangkat menuju Kota Bandung. Dengan mengambil jalan baru, bukan sama dengan berangkat, melalui daerah Sapan, sekitar 1 jam kemudian atau pkl 16.00, sampailah peserta Trip Organik kembali ke tempat Meeting Point semula, sentra tanaman hias Tegalega Kota Bandung. Di sini peserta wisata organik disaji aneka minuman berbahan serba herbal dan berkhasiat. Disinipun dapat melepas penat, setelah duduk tanya jawab di Bis, serta seharian mengenal usaha keluarga pembuat kompos dan usaha pertanian di Bandung Selatan. Peserta masih bisa ber “kongkow ria” dibawah tenda, dengan semilir angin sore Bandung, sambil “cuci mata” mengamati jalan, yang dilalui banyak peuyeum bandung, eh perempuan Bandung. *)