Sampah, Penyebab Sistemik Genangan Banjir

Banjir menggenang di jalanan perkotaan, pesawahan dan rumah penduduk, kini menjadi berita dan fakta keseharian kita. Air meluap dari sungai, gorong-gorong serta saluran pembuangan air limbah. Debit air meningkat, intensitas hujan berlebih dari biasanya 500 mm, sementara saat sama saluran drainase makin sempit, meluaplah air. Banjir cileuncang, rendaman sawah dan jalanan, semua itu karena sumbatan sampah yang makin hari makin banyak. Sampah telah menjadi ancaman memberi bencana kepada semua orang, termasuk pada orang yang suka dan peduli lingkungan sekalipun. 
Makin banyaknya ancaman bencana alam yang disebabkan manusia ( banjir, longsor, pemanasan iklim, penyakit degeneratif akibat makanan) akibat terganggunya ekosistem alam, membuat minat olah sampah jadi pupuk organik meningkat. Setidaknya itu ditunjukan oleh pelatihan bisnis Olah Sampah angkatan VIII, di Bandung, diikuti bukan saja peserta dari Bandung tapi hadir dari Manado, Asahan Sumut, Pekanbaru Riau, Surakarta dan tentu saja Jakarta.
Diskusi-diskusi menyimpulkan bahwa rusaknya tanah di hulu, sempadan sungai dan pendangkalan setu danau serta tertutupnya pori tanah di hilir oleh ( pemukiman, jalan, rusaknya pori tanah karena asupan pupuk kimia berpuluh tahun) membuatnya tidak mampu lagi tanah memerangkap curah hujan menjadi persediaan di hulu, melainkan dilimpaskan semua ke sungai. Akibatnya, air,  yang seharusnya sebagai berkah, malahan bisa jadi petaka banjir.  Kini sampah tanpa pengelolaan, dari sumber domestik rumah tangga, kawasan komersial dan industri, adalah penyebab sistemik dari berbagai genangan banjir di kota, area pesawahan, jalan dan perumahan dengan aneka bentuk dan intensitasnya.
Bahan organik, yakni material sisa aktivitas  manusia atau dikenal sampah organik, yang telah dirobah jadi pupuk kompos, diyakini jalan terbaik mengembalikan tingkat kesuburan (C Organik), kegemburan dan porositas tanah. Disamping itu, tanah sehat akan memberikan kembalian kepada manusia berupa hasil tanaman sehat dan menyehatkan.

Upaya memperbaiki kondisi tanah dengan mengembalikan sisa kegiatan manusia seperti ( sisa makanan, limbah pertanian di pasar, limbah rumah tangga termasuk feces manusia, kotoran ternak, dll ) kepada alam, mengurangi keserakahan manusia yang selama ini mengambil dan menguras semua hasil panen tanpa mengembalikan limbahnya, akan memberikan sedikit jaminan agar tanah jadi gembur, subur dan berpori serta dengan itu akan meresapkan air dan menghindarkan manusia dari bencana banjir.

Upaya sebagian orang, yang mau olah sampah jadi pupuk organik kompos, diyakini memberi manfaatnya, bukan buat dirinya saja melainkan buat kita, yang duduk diam sekalipun, dalam bentuk, berkurangnya ancaman banjir yang kini sedang menghadang di berbagai wilayah yang berada di hilir sungai.