Meningkatnya persoalan yang ditimbulkan sampah di kota-kota Indonesia, bisa dilihat sebagai peluang bagi pengembangan pertanian nasional, jika saja kita makin mampu menggerakan masyarakat kota untuk membuang sampah secara terpisah antara bahan organik dan non-organik, sebagaimana sudah diamanatkan Undang-undang No 18/ 2008. Dengan ketersediaan bahan organik, dan kini telah ditemukan metoda pengelolaan sampah di sumber timbulnya secara efisien, memungkinkan terdapatnya kelimpahan pupuk organik bagi pendukungan kepada kemajuan pertanian organik Indonesia.
Besarnya volume bahan organik dalam komposisi sampah di kota-kota Indonesia, berbeda dengan sampah kota-kota di negara maju, karena pola pertanian di Indonesia masih bertumpu pada petani kecil tradisional. Keterbatasan sarana dan pemanfaatan teknologi pasca panen di pusat produksi pertanian, menyebabkan rendahnya kegiatan sortasi hasil pertanian di tingkat kebun. Pemilahan hasil pertanian berada di kota, di tempat pusat distribusi hasil pertanian seperti pasar tradisional, pasar eceran, restoran, rumah makan, fastfood area dan rumah tangga, kemudian menimbulkan material sisa aktivitas konsumsi berupa sampah katagori organik. Pola konsumsi dan kegiatan pertanian agararis demikian, menghasilkan 74 % sampah kota di Indonesia, dan di hampir negera belum maju, adalah jenis organik.
Karakter bahan organik yang mendominasi sampah perkotaan Indonesia, akan mendorong penggunaan metoda dan teknologi pengolahan sampah yang sesuai dengan karakter tersebut. Pengomposan, dengan modifikasi teknologi bedeng terbuka (open windrows), melalui mekanisasi penuh dan pemanfaatan hasil isolat bakteri pengurai berbasis sampah kota, akan memberikan keuntungan komparatif bagi penyediaan input pertanian organik di Indonesia.
Penemuan mesin rotary kiln sebagai modifikasi atas metoda bedeng terbuka ( open windrow), yang sangat populer di pertanian, akan menguntungkan usahawan guna menjadikan sampah di perkotaan sebagai bahan baku murah. Sampah organik, dengan komposisi besar tadi, yang sebelumnya sebagai penimbul masalah sanitasi kota, akan murah bahkan gratis, bagi bahan baku pembuatan pupuk organik. Rendahnya biaya produksi pupuk organik, seperti kompos dan pupuk hayati, selanjutnya akan mendukung bagi pengembangan pertanian organik atau pertanian berkelanjutan nasional.
Selanjutnya,
Makanan organik harus memenuhi kriteria standar yang sudah ditetapkan. Menurut Nemours Foundation, makanan dengan label organik harus diproduksi tanpa tambahan hormon, herbisida, pestisida, antibiotik atau penyubur dibuat dari bahan-bahan yang tidak alami.
Makanan organik bermanfaat membuat kerja organ jadi lebih ringan. Dampak jangka panjangnya, daya tahan tubuh jadi meningkat. Konsumen produk organik akan merasakan tubuhnya jadi lebih bugar dan tak mudah terserang penyakit.