Bisnis Indonesia Edisi: 11-JUL-2006
CVSK Ekspor Mikroorganisme Pupuk Kompos
BANDUNG: Sejumlah perusahaan dari Malaysia dan Brunei Darussalam memesan mikroorganisme penghasil pupuk kompos dan peralatannya dari industri kecil menengah (IKM) Bandung untuk mereduksi sampah di kedua negara itu.
Sonson Garsoni, Direktur Utama PT Cipta Visi Sinar Kencana (CVSK), perusahan pembuat mesin pupuk dan aktivator kompos, mengatakan mikroorganisme penghasil kompos tersebut dinamakan CompostActivator (CA), yaitu mikroorganisme yang mampu menguraikan sampah menjadi pupuk alami.
“Kemarin kami meneken nota kesepahaman dengan salah satu perusahaan dari Brunei Darussalam dan Malaysia yang meminta kami mengekspor CompostActivator dengan proyeksi penjualan Rp288 juta per bulan,” katanya di sela acara cooperative fair, kemarin.
Sebelum diekspor mikroorganisme tersebut diolah terlebih dahulu di Bandung sehingga bentuk fisiknya mudah kemas dan siap dikirim dalam kemasan plastik dengan ukuran beragam.
Selain itu pengusaha dari kedua negara tersebut juga memesan mesin biophosko komposter, yaitu mesin penghasil pupuk kompos dengan kapasitas besar yang cocok digunakan untuk pengomposan skala besar.
Menurut Sonson, segala aspek legal agar mikroorganisme aktivator bisa masuk ke Malaysia dan Brunei sudah diurus pihak pengimpor sehingga CVSK tinggal mengirimkannya.
Ekspor pada tahap awal diproyeksikan sebanyak 200 ton CA dengan harga Rp48.000 per ton untuk kebutuhan per hari. “Jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari yang dibutuhkan untuk sebuah Kota Kuala Lumpur yang menghasilkan sampai 2.000 ton per hari.”
Menurut Sonson, ikhwal pesanan impor dari dua negara itu saat CVSK pernah ikut pameran East Asean Growth Economic serta pameran lain di dua negara itu. “Produk kami sendiri sudah mendapat lampu hijau dari Wail Kotanya Kuala Lumpur, sehingga dalam waktu dekat ada realisasi ekspor, baik untuk CA maupun mesinnya.”
Produk mikroorganisme dan mesin pengolahnya tersebut juga dipasarkan di dalam negeri dengan segmen untuk skala rumah tangga, rumah makan, hingga industri pengolahan kompos.
Berminatnya para pengusaha Brunei dan Malaysia terhadap mesih pengolah pupuk kompos dan CA, karena harga kompos di dua negera tersebut tergolong mahal bila dibandingkan kompos di Indonesia.
“Harga pupuk kompos di Malaysia saja bisa mencapai Rp10.000 per kg, sementara di Indonesia tidak lebih dari Rp1.000 per kg. Makanya pengusaha di sana berminat membeli mesin dan aktivator komposnya,” katanya(***).
Sonson Garsoni, Direktur Utama PT Cipta Visi Sinar Kencana (CVSK), perusahan pembuat mesin pupuk dan aktivator kompos, mengatakan mikroorganisme penghasil kompos tersebut dinamakan CompostActivator (CA), yaitu mikroorganisme yang mampu menguraikan sampah menjadi pupuk alami.
“Kemarin kami meneken nota kesepahaman dengan salah satu perusahaan dari Brunei Darussalam dan Malaysia yang meminta kami mengekspor CompostActivator dengan proyeksi penjualan Rp288 juta per bulan,” katanya di sela acara cooperative fair, kemarin.
Sebelum diekspor mikroorganisme tersebut diolah terlebih dahulu di Bandung sehingga bentuk fisiknya mudah kemas dan siap dikirim dalam kemasan plastik dengan ukuran beragam.
Selain itu pengusaha dari kedua negara tersebut juga memesan mesin biophosko komposter, yaitu mesin penghasil pupuk kompos dengan kapasitas besar yang cocok digunakan untuk pengomposan skala besar.
Menurut Sonson, segala aspek legal agar mikroorganisme aktivator bisa masuk ke Malaysia dan Brunei sudah diurus pihak pengimpor sehingga CVSK tinggal mengirimkannya.
Ekspor pada tahap awal diproyeksikan sebanyak 200 ton CA dengan harga Rp48.000 per ton untuk kebutuhan per hari. “Jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari yang dibutuhkan untuk sebuah Kota Kuala Lumpur yang menghasilkan sampai 2.000 ton per hari.”
Menurut Sonson, ikhwal pesanan impor dari dua negara itu saat CVSK pernah ikut pameran East Asean Growth Economic serta pameran lain di dua negara itu. “Produk kami sendiri sudah mendapat lampu hijau dari Wail Kotanya Kuala Lumpur, sehingga dalam waktu dekat ada realisasi ekspor, baik untuk CA maupun mesinnya.”
Produk mikroorganisme dan mesin pengolahnya tersebut juga dipasarkan di dalam negeri dengan segmen untuk skala rumah tangga, rumah makan, hingga industri pengolahan kompos.
Berminatnya para pengusaha Brunei dan Malaysia terhadap mesih pengolah pupuk kompos dan CA, karena harga kompos di dua negera tersebut tergolong mahal bila dibandingkan kompos di Indonesia.
“Harga pupuk kompos di Malaysia saja bisa mencapai Rp10.000 per kg, sementara di Indonesia tidak lebih dari Rp1.000 per kg. Makanya pengusaha di sana berminat membeli mesin dan aktivator komposnya,” katanya(***).
Oleh Hilman Hidayat Bisnis Indonesia