BANDUNG, (PR).-
Daya saing industri kecil menengah (IKM) pupuk di Jabar, terancam terus menurun. Pasalnya, IKM pupuk harus tetap menghadapi persaingan harga yang tidak seimbang dengan pupuk harga subsidi di pasaran setiap tahunnya.
“IKM pupuk terpaksa harus membeli bahan baku urea dengan harga industri yang mencapai Rp 2.800,00/kg. Sedangkan, harga eceran tertinggi urea bersubsidi Rp 1.050,00/kg. Sehingga, IKM pupuk harus menanggung beban usaha yang tambah berat. Kondisi ini tentu bisa menurunkan daya saing usaha,” ungkap Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia (APPKMI) Jabar, Sonson Garsoni di sela Musda ke-2 APPKMI Jabar, di Graha Kadin Kota Bandung, kemarin.
Sonson mengakui, regulasi pemerintah dalam bentuk pengaturan harga subsidi terhadap urea dan NPK, serta tata niaga dalam bentuk rayonisasi urea dan pupuk bersubsidi, mengakibatkan turunnya daya saing ratusan IKM pupuk di pasaran. Terlebih, permintaan pasar yang tinggi dan keterbatasan BUMN dalam industri penyedia urea.
“Tetapi dari sisi jumlah, sebenarnya antara kebutuhan dan produksi pupuk urea ini tidak ada ketimpangan. Produksi pupuk saja secara nasional saat ini sudah mencapai 4,5 juta ton/hari. Kalaupun ada terjadi “kelangkaan” pupuk, biasanya hanya pada waktu tertentu seperti musim tanam yang permintaannya naik tajam,” tuturnya.
Menyinggung ancaman besarnya defisit antara kebutuhan unsur harga pupuk dengan ketersediaan, Sonson mengatakan, hal itu terutama disebabkan makin rendahnya kapasitas industri nasional, akibat persoalan pemenuhan gas maupun usia mesin yang makin kurang efisien. (A-68/A-135)***