Biodigester Pencerna Sampah Skala Kota, Pembangkit Listrik Ramah Lingkungan

TEMPO.CO, Bandung – Penggunaan teknologi insinerator dalam rencana proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Kota Bandung masih menjadi perdebatan. Teknologi ini dikhawatirkan menimbulkan dampak negatif untuk lingkungan.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengusulkan alternatif lain untuk mengganti teknologi insinerator dengan teknologi biodigester. Teknologi ini menghancurkan sampah dengan menggunakan bakteri. “PLTSa itu kan yang menjadi perdebatan teknologinya. Sekarang ada teknologi baru yang bukan insinerator namanya biodigester,” kata Ridwan Kamil di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukencana, Kota Bandung, Senin, 3 Agustus 2015.

Ridwan Kamil menambahkan, teknologi biodigester ( menghasilkan Biogas, Bio Elektrik dan Pupuk) yang dimaksud bukan teknologi sembarang. Dengan mengadopsi teknologi yang sudah diterapkan di Jerman, biodigester yang dia maksud memiliki kapasitas besar.
“Dulu kami mengira bakteri yang memakan sampah itu hanya (biodigester) ukurannya kecil saja. Ternyata di Jerman itu bisa memakan sampah skala kota,” akunya.
Dalam proyek PLTSa ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah melakukan studi dan Kota Bandung menjadi kota percontohan di Indonesia untuk menggunakan teknologi insinerator. Sejak 2007, para warga dan aktivis lingkungan menolak pembangunan insinerator sampah.
Terkait hal tersebut, Ridwan Kamil mengaku belum mengajukan ide mengganti insinerator dengan biodigester ke Bappenas. Pembahasan tersebut baru sebatas wacana yang akan dilempar ke DPRD untuk dibahas.
“Sedang kami wacanakan dengan dewan, mungkin ini solusinya. Biodigester ini juga menghasilkan listrik. Jadi tetap sama PLTSa,” katanya.
“Unique- Healthy & Easy”