BANDUNG (bisnis-jabar.com) – Wakil Ketua Umum Kadin Jabar Bidang Pertanian, Kehutanan, dan Peternakan, Sonson Garsoni mengatakan terkereknya harga bawang putih di pasaran terjadi karena kesalahan pemerintah dalam menerapkan kebijakan sistem resi gudang.
Padahal sistem resi gudang di sejumlah negara maju menjadi instrumen penting untuk memberikan jaminan kepada para petani bahwa produk hortikulturanya bisa dijual dipasaran dengan harga tinggi meski tengah over suply.
“Selama ini pemerintah seolah lepas tanggung jawab dengan apa yang telah dilakukannya. Resi gudang sejak 2009 wacananya diberlakukan, tapi sampai saat ini malah diserahkan pada pemerintah daerah. Pusat cukup puas dengan membuat UU setelah itu dilepaskannya,” katanya, kepada Bisnis, Rabu (13/3/2013).
Menurutnya, pengelolaan resi gudang ini sangatlah komplek karena didalamnya tidak hanya urusan pergudangan yang bisa ditangani oleh Bulog, tapi juga masalah forwarding. Dan jangan dilupakan juga insentif bagi petani yang mau menanam bawang.
Dengan kata lain ditegaskannya, masalah melonjaknya harga bawang ini disebabkan karena persoalan struktural atau logistik yang macet.
Disamping itu, pemerintah pun dianggapnya gagal dalam memuluskan proses impor bawang yang disebabkan karena instansi terkait tidak tidak memiliki data neraca petani bawang dan kebutuhan dan suplai secara nasional.
“Parahnya, ketika keran impor dibuka yang ada para importir malah dipersulit dan urusannya berbelit-belit. Dan ini menjadi masalah klasik yang terjadi di negeri kita,” ujarnya.(K6/ija)