Sampah sampai kini belum ditangani dengan baik, bahkan ada kesan pemerintah baik Pusat dan daerah kurang serius dalam menanganinya. Hal itu terlihat dari kecilnya dana yang dialokasikan untuk penanganan sampah. Hal ini diakui Djoko Kirmanto, namun apabila sejak awal sampah ditangani dengan sistem Sanitary Landfill, dia yakin tidak mungkin bermasalah, bahkan membuat takut yang berujung penolakan masyarakat yang bermukim di sekitar TPA. “Kalau sekarang kehadiran TPA ditakuti masyarakat, maka suatu saat mudah-mudahan bisa menjadi suatu tempat untuk rekreasi seperti di negara Brasil,” kata Menteri PU.
Dengan alat komposter sebagian besar sampah telah diolah menjadi kompos. Dengan demikian sampah yang diangkut ke TPA menjadi sedikit. Pihaknya akan menjajaki penggunaan komposter untuk setiap rumah tangga melalui kerjasama Pemda setempat. Artinya, izin mendirikan bangunan akan keluar bila pemilik bangunan menyetujui penggunaan alat komposter.
“Saya akan berikan petunjuk teknis (juknis) melalui Gubernur dan Bupati. Tapi juknis itu akan valid kalau sudah di Perda kan. Maka saya akan segera melayangkan surat kepada mereka,” tambah Djoko.
Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail mengungkapkan pihaknya tengah mengajak para pengembang untuk membangun lokasi TPS di setiap permukiman baru yang akan dibangun di wilayahnya. Nantinya setiap 2 – 3 Rukun Warga (RW) atau pasar yang memproduksi sampah antara 30-40 ribu m3, dihimbau untuk dibangun tempat pengolah sampah.
Nurmahmudi juga meminta pengembang yang akan membangun 300 unit rumah untuk menyiapkan TPS dari tanah yang dicadangkan untuk fasos, fasum dari kawasan komplek itu. Salah satunya dilakukan Griya Tugu Asri yang telah membuktikan pengelolaan sampah yang baik.