Pupuk Organik Makin Berkembang

Gairah pengusaha ( UKM Jawa Barat) menggarap peluang investasi pada pengolahan sampah meningkat sejalan adanya insentif pemerintah berupa subsidi lebih dari Rp. 450 milyar kepada produsen pupuk organik granul ( setara bagi 450.000 ton). Hal ini terlihat dari banyak dan antusiasnya peserta pertemuan bisnis Organik – yang diorganisir Asosiasi Pupuk ( APPKMI) dan Kadin Jawa Barat di Bandung, 9 Februari 2009 lalu.

Pertemuan para pengusaha, SKPD pemerintahan terkait lingkungan hidup dan persampahan kota ini dihadiri antara lain PPD Pusri Jawa Barat, Pertani ( Persero) Jawa Barat, Wkl Bupati Sumedang, Ka Dinas Pertanian jawa Barat, Para ketua Kadin se Jawa Barat dan banyak pengusaha pupuk anggota APPKMI serta undangan lainnya. Forum membahas peluang bisnis Organik Granul di Bandung ini berlangsung di Kadin Lounge. Dan, dalam 2 jam pertemuan, lahirlah komitmen investasi 7 UKM baru serta 12 perusahaan – yang sudah existing pada granulasi pupuk ( phosphates, zeolit) – untuk segera beroperasi memproduksi organik kompos granul di Jawa Barat.

Tentu saja ini akan membuka horison baru bahwa sampah kota- yang selama ini dianggap masalah lingkungan dan kebersihan kota- justru akan sangat diperlukan bagi bahan baku pembuatan kompos. Dan, kini makin terbuka jika pengadaan pupuk kimia – Urea, Phosphates (SP) serta KCL yang makin terancam kecukupannya- serta dilain pihak gaya hidup serta tuntutan kesehatan pada naiknya produk organik- pupuk alami ini akan dibutuhkan dalam jumlah besar. Inilah kali pertama lingkup kerja Lingkungan Hidup (KLH) bertemu dengan Pertanian ( Departemen Pertanian) dalam menggarap masalah sampah kota- yang selama ini dianggap banyak pihak, diantara kedua sektor ini – memiliki ego sektoral.

Sampah kota- sebagai material sisa berasal dari bahan makanan sayuran, buahan, daging dan bahan pangan lainnya dari desa – terlanjur dibawa ke kota tanpa menyisakan bagian sampah di kebun. Bahan organik ini berpotensi sangat besar dijadikan bahan pupuk – dan dikembalikan ke desa. Pupuhan tahun tanah pertanian Indonesia diasupi bahan kimia, sementara semua bagian tanaman diangkut kota- telah memiskinkan tanah pertanian atau berkurangnya kandungan C-Organik dengan cepat.

Ditempat lain, karena subsidi pemerintah ini dilakukan melalui mekanisme negara kepada BUMN, keterlibatan PT Pusri, PT Petro Gresik, PT Sang Hyang Seri dan PT Pupuk Kaltim sangat besar memberi pemodelan, bimbingan dan sarana pemasaran dalam bentuk kemitraan. Menurut Dirut PT Pusri, Dadang Heru Kodri, ketergantungan petani terhadap pupuk non organik hingga saat ini masih cukup tinggi padahal harganya jauh lebih mahal jika dibanding dengan pupuk organik. Karena itulah pihaknya merasa perlu mengenalkan pupuk organik secara menyeluruh kepada petani.

“Program kemitraan ini perlu kami kembangkan untuk membantu menumbuhkan sektor riil. Dengan demikian produksi kebutuhan pupuk organik yang dipatok mencapai 450.000 ton pada 2009 ini dapat tercapai,” ujar Dadang Heru Kodri dalam peresmian pabrik pupuk organik di Grompol, Sragen, Jumat (16/1/2009).