Sarana Pemasaran Produk Mark Net

MarkNet, Bukan Sekadar Bisnis Warnet-

Monday, 05 November 2007
MarknetJangan jadikan warnet hanya sekadar bisnis halo-halo, tetapi juga bisa menjadi outlet pemasaran. Caranya? Gabung dengan MarkNet. Wiyono

Permodalan dan pemasaran merupakan kendala utama bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Lahirnya beberapa business solution atau pun business services, di antaranya MarkNet, merupakan usaha untuk mengatasi persoalan tersebut, khususnya di bidang pemasaran.

Sonson Garsoni, sudah tiga tahun mengembangkan MarkNet. Dia yakin jasa ini memiliki prospek bagus mengingat persaingan global menuntut adanya kemajuan secara cepat dalam merespon peluang pasar. Menurutnya, akibat kurangnya kemasan, promosi dan pencitraan produk oleh para pengusaha kecil membuat banyak produk bagus terpaksa dijual secara manufacturing contract basis dengan perusahaan besar dari Malaysia, Singapura dan “negara pedagang” lainnya. Perusahaan prinsipal inilah yang mengembangkan kemasan, merk (branding) dan mendistribusikan ke pelanggan (placement) serta menetapkan harga (price policy). Ujung-ujungnya pengusaha ibarat sekadar penyedia produk generik, sementara nilai tambah (value added) harga diperoleh oleh perusahaan prinsipal.

“Para pengusaha harus menyadari tantangan itu. Namun, jika mereka ingin memiliki dan mengelola peralatan marketing sendiri juga kurang efisien, sehingga celah inilah yang digarap oleh MarkNet dan prospeknya sangat bagus,” tukas lulusan IPB, Sosial Ekonomi Pertanian tahun 1984 tersebut.

Sesuai namanya, MarkNet menyediakan jasa layanan bisnis paripurna dan pemasaran dalam satu atap, dengan target pasar kelompok usaha kecil yang umumnya memang tidak efisien jika memiliki dan menjalankan aneka peralatan IT, multi media serta internet sendiri. Masih terbatasnya skala usaha, seringkali membuat peralatan seperti itu memiliki iddle capacity atau kurang terdayagunakan secara optimal. Disamping sifat teknologi yang cepat berubah.

Direktur PT. Paska KONSULTAN itu mengisahkan, MarkNet sebenarnya merupakan salah satu unit usaha yang dimilikinya dan telah ada sejak 2004. Sementara, Paska KONSULTAN sendiri, pada awal pendiriannya adalah perusahaan layanan jasa konsultasi dalam bidang manajemen, pertanian, lingkungan dan pemasaran. Di samping menjalankan layanan jasa konsultan berdasar pesanan instansi pemerintah maupun swasta, sekitar 10 tahun terakhir, PT Paska KONSULTAN melakukan kegiatan penelitian aksi (action research) dengan melakukan pendampingan usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM).

“Kegiatan kami di antaranya mentrasfer informasi, baik tentang standar produk, cara produksi, trend permintaan pasar dan kemasan produk, juga pendampingan usaha, yaitu menguatkan kinerja pemasaran para usahawan,” papar Sonson. Didirikan di kota Bogor, aktivitas yang dijalankan sejak selama kurun waktu antara tahun 1985-2004 sudah menjangkau kota-kota di Jawa Barat serta beberapa kota lain di seluruh Indonesia.
Karena sejak awal memiliki concern di bidang industri pertanian, maka target client pada saat itu umumnya perusahaan yang bergerak dalam usaha produksi produk olahan makanan kecil, kerajinan kayu, pupuk majemuk, pupuk urea tablet, komposter pengolah sampah organik, pupuk organik kompos, serta aneka pangan olahan. Selain itu terdapat pula beberapa produk herbal atau tanaman berkhasiat, dan juga beberapa hasil pertanian sehat yang bebas kimia, seperti beras, teh hijau (green tea), kopi dan sejenisnya yang dibantu pemasarannya.

Mengenai terbentuknya MarkNet, Sonson bertutur, ia memiliki beberapa alasan sehingga tertarik mengembangkan sarana pemasaran yang ditunjang investasi peralatan multi media, TI dan komputer tersebut. “Berdasar pengalaman, kelemahan daya saing para UKMK, antara lain lambat ketika merespon peluang pasar. Banyak produk bagus namun kurang dalam hal promosi, kemasan, penempatan dan pelayanan kepada pelanggan. Serta akibat dari inefisiensi sehingga kalah dalam kompetisi harga,” tukasnya.

Setidaknya hingga 2004, ia belum melihat adanya suatu layanan satu atap (one stop business services). Pada saat itu pengusaha pemula atau pengusaha kecil harus mendatangi wartel untuk komunikasi atau mendatangi warnet untuk layanan internet di tempat terpisah. Demikian pula mereka itu masih perlu mendatangi berbagai tempat layanan dokumen seperti foto copy, percetakan dan VCD movie maker ketika harus melayani suatu peluang pasar tertentu.

Sonson ingin mengembangkan layanan yang sifatnya B to B, baik itu bagi para pengusaha yang menjadi klien tetap melalui keanggotaan maupun yang sekadar menghendaki pelayanan berdasarkan kasus per kasus. Fasilitas yang disediakan meliputi layanan internet dan komputer, layanan multi media, expo and presentation equipment services, herbal corner services, juga layanan konsultansi dan training berkenaan dengan kemasan produk, pemasaran, promosi dan distribusi. Jenis layanan terakhir ini diberikan pada jam dan hari tertentu sesuai kesepakatan/ kontrak order dengan tarif per jam bicara (talking hour basis).
”Ada pula layanan entrepreneurship training bagi kelompok minimal 15 orang per angkatan dalam berbagai bidang di antaranya usaha pupuk organik/ kompos, usaha jasa kebersihan/ pengelolaan sampah kota, internet marketing (adwords, blog marketing, template upload), serta pelatihan usaha komoditas agribisnis (buah, sayuran, tanaman obat dan tanaman hias), baik melalui trainning dengan system kelas, trip atau wisata, serta media pertemuan lainnya,” imbuhnya.

Saat ini MarkNet mempunyai tiga buah outlet. Salah satunya menempati lantai 1 gedung Graha Kadin Kota Bandung. Maka tak heran, para pelanggannya kebanyakan pengusaha yang tergabung di asosiasi perusahaan dan anggota Kadin. Jaringan MarkNet lainnya juga berasal dari para usahawan mikro yang tergabung dalam UPPKS (Usaha Peningkatan Kesejahteraan Keluarga).
“Investasi pertama kali mencapai angka diatas Rp 1 miliar. Namun selanjutnya, di dalam pengembangan gerai atau outlet, karena database, server dan sistem manajemen sudah cukup tersedia, investasi berikutnya menjadi lebih kecil, berkisar Rp 200 juta/gerai,” ungkap Sonson, direktur sekaligus pemilik beberapa perusahaan lain, seperti CV. Sinar Kencana, CV. Agriprima Sembada dan Braga Niaga Entreprises ini.
Sonson berniat bekerjasama membidik usahawan warnet. Nilai franchise yang ditawarkan senilai Rp 200 juta, tanpa royalty fee. “Usaha warnet akan menjadi embrio bagus menjadi MarkNet,” ujarnya.

Perlu diketahui, sebagian pendapatan MarkNet adalah perolehan margin sebagai outlet pemasaran dari berbagai produk KencanaArticles, khususnya penjualan online dan hasil pendampingan UKMK. Omset rata-rata dari masing-masing gerai Rp 60 juta/bulan. “Jadi MarkNet bukan sekadar warnet, tetapi juga outlet pemasaran produk UKMK dengan dukungan internet sebagai infrastruktur (backbone) dalam layanan komunikasi product knowledge, data stock, komunikasi dengan pelanggan dan lainnya,” tegasnya.

http://www.majalahpengusaha.com/content/view/448/33/