Tren Perkakas Dari Anyaman Tali, Mendukung Pelestarian Bambu

Penggunaan bambu sebagai bahan topi, kursi, meja, lemari, alat musik angklung, sayur (rebung), kertas, dan bahan bangunan telah mengancam kelestarian bambu yang berujung pada berkurangnya vegetasi dalam mempertahankan ekosistem. Sebagaimana diketahui, satu hektar tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 12 ton karbon dioksida di udara. 

Pohon bambu juga berfungsi sebagai penjernih air. Oleh karena itu daerah bantaran sungai yang banyak pohon bambu, air sungai tersebut terlihat jernih. Dengan rata-rata pertumbuhan bambu untuk mencapai usia dewasa dibutuhkan 3-6 tahun, dapat dimengerti jika peneliti LIPI (2009) membuat prediksi kepunahan bambu pada 15-20 tahun. Menjadi suatu keniscayaan diperlukannya ikhtiar cerdas menanggulangi ancaman kepunahan bambu dengan cara mencari pengganti (subtitusi) oleh bahan lain.

Limbah Strapping Band (PET, PP)
 
Salah satu yang telah dikembangkan dalam kaitan mengurangi penebangan dan pencegahan berkurangnya populasi bambu adalah pemanfaatan limbah  tali plastik (strapping band) yang melimpah. Terbawa dari proses impor maupun perdagangan dalam negeri, khususnya industri tekstil dan pengimpor bahan baku lainnya yang bisa kita lihat di Bandung Selatan, misalnya, tali strapping bahan PET maupun PP ini selalu ada menjadi pengikat barang. Dari jumlah impor bahan baku kapas bahan tekstil saja akan timbul tali strapping ratusan tohon tiap hari. Dari kondisi inilah, berbagai komunitas pengrajin telah lama digerakkan untuk terampil melakukan kegiatan anyaman dengan bahan limbah straping band ini

Keranjang, Serokan Sampah, Pot Tanaman, dan aneka desain
 Ikhtiar Daur Ulang Kreatif (Upcycling) Limbah Tali Strapping Band

Tanpa harus dibekali keterampilan khusus, pengrajin bambu sudah sangat mahir turun temurun dalam menganyam. Hanya diperlukan mesin serut dan pemberian ide dan desain, serta sedikit lebih sabar karena produktivitas per hari lebih rendah, penganyam tali strapping, yang berasal dari pengrajin bambu, akan mudah melakukan daur ulang kreatif atas bahan tali berbahan plastik yang sangat kuat ini. Jika sebelumnya mereka mampu membuat keranjang 3 unit/ hari, karena sifat material PET tali strapping lebih licin, paling 2 unit. Tapi artinya, jika banyak pihak menggunakan aneka perkakas yang tadinya dari bambu beralih ke bahan limbah ini, daya serap tenaga kerja dan sekaligus mengurangi limbah plastik akan tetap besar.

Efek Berganda Penggunaan Limbah Strapping Band

Dengan mengambil contoh suatu perkakas yang umum digunakan dalam kegiatan kebersihan adalah serokan sampah, tiap 100 unit terjual dan digunakan akan menyerap tenaga kerja tidak kurang dari 30 hari kerja dan sekaligus mendaur ulang 200 kg limbah plastik. Makin panjangnya umur penggunaan suatu benda, akan makin sedikit pengurasan sumberdaya alam. Karakteristik bahan limbah plastik lebih bertahan 5 kali lipat dibanding bahan bambu, diharapkan memberikan sumbangan besar bagi :

1. pelestarian populasi bambu

2. penyerapan tenaga kerja

3. mengatasi limbah plastik

Aneka Desain Strapping Band Upcycle yang menyerap tenaga kerja sekaligus mengurangi timbulan limbah plastik

Atas dasar itulah apa yang dilakukan PT Cipta Visi Sinar Kencana dengan memberdayakan pengrajin bambu beralih menjadi penghasil perkakas berbahan limbah tali strapping band ini kini, makin mendapat dukungan dari berbagai pihak, berbagai proyek pengolahan sampah dan bangunan, dengan mengajukan desain dan kebutuhan khusus dari memanfaatkan limbah ini. Berbagai perkakas seperti keranjang pakaian kotor, pot tanaman, kotak sampah, dinding bangunan di area yang beresiko kena banjir, alat pembuat kompos dari sampah organik, tempat sampah terpilah (3 warna), kantong belanja, keranjang buah, aneka wadah bahan baku dalam industri serta berbagai desain lainnya. Dengan kualitas PET maupun PP dengan lapisan UV yang tinggi, karena memang dasar pembuatannya bagi tali pengikat, berbagai perkakas dan alat berbahan tali straping ini  memiliki kekuatan hingga puluhan tahun (**),