Pendirian APPKMI diantaranya didukung oleh kesadaran bersama para produsen bila mengingat potensi Indonesia – yang dikenal sebagai penghasil terbesar bahan baku pupuk Urea ( gas alam ) didunia namun demikian, dilain pihak, kekurangan sumber mineral lain ( seperti phospor (P2O5), kalium (K2O), magnesium (Mg), dan mikro esensial lain ) yang dibutuhkan tanaman. Keadaan tersebut diatas, disertai kebijakan pembangunan pertanian dalam beberapa dekade terakhir, telah mendorong keadaan para petani dan bahkan banyak pengusaha perkebunan hanya mengenal pupuk selalu identik dengan Urea ( Nitrogen 46 %). Lebih jauh lagi, bahkan, banyak petani fanatik kepada merk urea produksi pabrik BUMN tertentu saja. Keadaan ini disadari, salah satunya, akibat penyuluhan dimasa lalu kental dengan promosi produk Urea dan bukan mendidik petani mengenal kelengkapan unsur hara NPK, MgSCa+ Mikro sebagaimana dibutuhan tanaman.
Keadaan sebagaimana diuraikan diatas tentu merugikan pembangunan pertanian Indonesia, jika mengingat kebutuhan tanaman untuk mencapai tingkat produksi dan mutu sangat ditentukan oleh kelengkapan unsur hara pupuk. Atas kesadaran demikian, tahun 2000 lalu, dan secara serentak di beberapa Provinsi lainnya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jogjakarta dan Sulawesi Selatan – para pimpinan perusahaan pupuk kecil menengah Indonesia mendeklarasikan berdirinya asosiasi APPKMI termasuk di Jawa Barat. Jawa Barat sebagai propinsi dengan banyak keahlian pertanian, tempat berdirinya sejumlah lembaga penelitian pertanian dan teknologi serta Universitas yang meliputi IPB, ITB dan UNPAD merupakan lingkungan yang kondusif bagi berkembangnya teknologi pertanian -termasuk teknologi pemupukan. Beberapa industri pupuk anggota appkmi kini telah melakukan ekspor, melakukan adopsi standar manajemen mutu SNI, meluaskan skala pabrik dan melakukan riset terapan bagi perkembangan teknologi pemupukan guna ikut menjawab masalah kelangkaan pupuk, masalah rendahnya tingkat mutu hasil pertanian, tingginya impor unsur pupuk non nitrogen dan mungkin berkurangnya supplai pupuk Urea Indonesia akibat masalah bahan baku gas maupun rendahnya kemampuan investasi baru maupun perluasan kapasitas sejumlah pabrik pupuk besar.
Perusahaan pupuk kecil menengah Indonesia meyakini bahwa, penerapan pemupukan spesifik lokasi – sebagaimana menjadi konsep nasional sejak dekade lalu guna meningkatkan efisiensi pupuk, hanya bisa dilaksanakan oleh pengembangan industri pupuk yang mampu fleksibel melayani tingkat kebutuhan petani dan pertanian kita. Dan itu hanya bisa efisien jika dilakukan oleh perusahaan skala kecil dan menengah yang mampu memberika layanan “taylor made” dalam industri yang berorientasi pada kebutuhan konsumen yang unik di setiap lokasi dan daerah. Konsep industri pupuk ” Taylor Made ” – yang kini dikembangkan appkmi, diharapkan memberi konstribusi bagi pencapaian cita-cita bersama ikut meningkatnya kesejahteraan petani Indonesia( ***).