Pembuatan silase adalah usaha untuk mencapai keadaan hampa ( kedap) udara dan suasana asam di tempat penyimpanan yang menjamin terjadinya pencampuran (homogen) dengan cara diputar atau Rotary Fermentor Silase (RFS). Dalam keadaan hampa udara dan suasana asam, bakteri pembusuk dan jamur akan mati sehingga hijauan akan tahan lama di dalamnya. Keadaan hampa udara dapat dilaksanakan dengan menyimpan hijauan di dalam tempat yang tertutup rapat dan dengan penimbunan hijauan dipadatkan.
Suasana asam (pH=3-4) dapat dilakukan dengan memberikan bahan-bahan pengawet baik langsung maupun tidak langsung dengan menambahkan bahan kimia seperti asam formiat (0,8 % dari hijauan segar), sedangkan bahan pengawet yang tidak langsung dengan menambahkan bahan-bahan yang banyak mengandung karbohidrat seperti dedak (5% dari hijauan segar), tetes (3 % dari hijauan segar), menir (3,5 % dari hijauan segar) dan onggok (3 % dari hijauan segar).
Silase umumnya dibuat dari tanaman rerumputan (dari suku Gramineae), termasuk juga jagung, sorgum, dan serealia lainnya. Dengan memanfaatkan seluruh bagian tanaman, tidak hanya biji-bijiannya, silase juga bisa dibuat dari hijauan kelapa sawit singkong, padi, rami, dan bahkan hijauan sayur dari limbah pasar.
Silase dapat dibuat dengan menempatkan potongan hijauan yang telah dicampur dengan pengaya protein seperti dedak, bekatul, tepung ikan di dalam rotary berputar (Rotary Kiln) untuk fermentasi.
Guna mendukung pengembangan ternak ruminansia ( sapi, domba, kerbau, kambing) sangatantung kepada ketersediaan pakan ( hijauan dan konsentrat).
Membuat pakan ransum komplit menggunakan Rotary entor Silase (RFS) agar dihasilkan pakan hasil fermentasi untuk bisa disimpan lama ebih dari 2 tahun) diyakini sangat penting bagi peternak mendapatkan jaminan pakan termasuk di saat musim kering kemarau.
• Hijauan segar dipotong-potong (lebih kurang 6 cm) kemudian dilayukan untuk mempermudah pemadatan di dalam tabung rotary fermentor silase (kadar air 60-70 %).
• Hijauan yang sudah dilayukan dicampur dengan cara mengayuh rotary dengan bahan pengawet sampai rata
• Bahan silase dimasukkan sedikit demi sedikit secara bertahap ke dalam RFS sampai melebihi permukaan untuk menjaga kemungkinan penyusutan volume selama penyimpanan agar tidak terjadi cekungan dalam permukaan sehingga air masuk kedalamnya, pengisian harus dilakukan dengan cepat dan disusun dengan baik.
• Setelah pengisian bahan silase ke dalam tabung, injak2 dan rapatkan untuk mencegah terjadinya ruang udara. Kemudian segera ditutup rapat sehingga udara dan air tidak dapat masuk ke dalam Rotary, caranya penutup pertama diberi lembaran plastik kemudian ditutup dengan tanah setebal lebih kurang 50 cm kemudian diatasnya disimpan pemberat supaya material benar-benar rapat
Setelah melalui pencacahan Mesin Pencacah Organik, material bahan pembuatan silase dalam Rotary Fermentor Silase (RFS) akan mengalami
• Tahap 1, adalah penyimpanan hijauan dan terjadi produksi CO2 dan panas dari sel tanaman
• Tahap 2, terbentuk asam asetat oleh bakteri pembentuk asam asetat
• Tahap 3, adalah pembentukkan asam laktat oleh bakteri pembentuk asam laktat dan penurunan bakteri pembuat asam asetat
• Tahap 4, pembentukkan asam laktat terus berlangsung sampai pH yang di-inginkan sehingga aktivitas bakteri berhenti
• Tahap 5, bergantung pada ke empat tahap sebelumnya, apabila asam asetat dan asam laktat cukup untuk menahan bakteri pembusuk maka selanjutnya silase akan tetap awet dan tersimpan baik.
Fermentasi menghasilkan panas, karena energi kimia dari pakan hijauan digunakan oleh bakteri untuk melakukan fermentasi. Sehingga kandungan energi silase umumnya lebih rendah daripada hijauan. Namun kekurangan ini dapat diabaikan mengingat begitu banyaknya manfaat silase. Selain itu, dengan pecahnya selulosa, energi yang digunakan hewan ruminansia untuk mencerna silase menjadi lebih sedikit.