Berdagang Dengan Bangsa Serumpun

Mengenali wilayah target pemasaran, terutama lokasi dan area serta kebudayaan masyarakatnya, merupakan kunci penting dalam sukses memasarkan suatu produk. Penetapan Semenanjung ( Malaysia dan Singapura ditambah Brunei ) sebagai salah satu target pasar produk Kencana mengharuskan kami mengenali wilayah Malaysia, Singapura dan Brunei tersebut secara lebih detail lagi. Sejak pameran BMPEAGA di Brunei tahun 2004, pameran di singapura 14- 18 Desember 2005 – yang diikuti perjanjian KADIN Bandung dengan organisasi Melayu dan kunjungan kami ke Malaysia di bulan Juni 2006, PT CVSK telah mendapat kunjungan balasan setidaknya pengusaha Brunei Tn Zainuddin Hj Tuah – yang kini menjadi agen di Brunei, Mr Adzmy Abdullah Deputy Kementrian Usahawan dan Koperasi Malaysia serta pak Saiful Bahri A Hadi – pengusaha Melayu yang tergabung kedalam Konsortium Melayu Selayang Berhad (KMSB)- yang kini menjadi agen di Malaysia. disamping kunjungan official lainnya antara lain Kuasa Usaha Ekonomi dari KBRI Brunei.

Perjalanan ke Malaysia ke 2 kali pada tanggal 5 bulan Juni 2006 ( pertama kali tahun 1991 hanya singgah di Subang Airport saat itu) dengan menggunakan AirAsia langsung dari Bandung ke LCCT Kualalumpur. Dengan hanya mengingat Nomor booking, kami check in di Husen Sastranegara Airport Bandung kemudian membayar fiskal sebesar Rp. 1 juta/ orang dan bersiap naik sesegera mungkin karena pesawat ini tanpa memberlakukan nomor tempat duduk tertentu. Setelah take off dan memakan waktu tempuh 2 jam, sampailah kami ke LCCT Airport- suatu Terminal baru di Kualalumpur setelah KLIA – dan aneh nya hanya Airflight AirAsia yang ada di sini; sementara penerbangan internasional lainnya berada di KLIA- sekitar 15 menit perjalanan mobil dari LCCT Terminal. Pemeriksaaan bagasi dan custom di LCCT agak ketat, mungkin karena umumnya terminal ini biasa digunakan sebagai pintu masuk TKI dari Indonesia maupun Tenaga Kerja lain dari Filipina dan juga Thailand. Kami dijemput Pak Saiful Hadi- Managing Director Konsortium Melayu Selayang BHD, dan kemudian makan di Wartegnya Malaysia karena memang saat itu sudah memasuki waktu siang KL. Waktu KL lebih cepat 1 jam dibading WIB, maka perjalanan 2 jam sejak take off pkl 9.00 WIB dari Bandung sampainya di LCCT pkl 12.00 waktu KL. Dengan bekal perut kenyang, perjalanan ke kantor KMSB melewati Putrajaya- komplek pejabat ( kantor) pemerintahan yang megah, Cyberjaya- tempat dan pusat aneka teknologi dan bisnis IT serta daerah Malaya Tasik ( terbalik dengan nama di Indon Tasikmalaya). Sekitar 1 jam, sampailah kami ke lokasi kantor bisnis KMSB di -Taman Desa Bakti, Batu Caves Selangor Darul Ehsan 68100 – yang berada di wilayah Batu Caves- Selayang ke arah Gombak.
Ketua Pengarah ( komisaris ) KMSB – Dato Sayidin- adalah seorang terpandang di KL – beliau juga adalah mantan seorang pejabat Majelis Negeri Selangor ( MPR, RI, red ) dan perusahaan sehari-hari dipimpin Pak Ruslan dengan Pak Saiful Bahri Hadi tersebut tadi. Setelah cukup berbincang, kami pun ditempatkan di Condo ( istilah pada Apartemen sebagai singkatan darti Condominium – yang kalau tambah satu huruf lagi akan berarti lain……………………….. ) yang berjarak dekat atau hanya ditempuh 10 menit saja dari kantor KMSB. Condo ini terletak di sekitar Ds Taman Bakti, dan karena lokasi apartemen kami berada di Lt VI maka terlihat tepat persis di depan ada Pasar Borong Selayang ( Pasar Induk ) dan di sebelah kanannya ada terlihat Patung besar Hindu (Batu Caves). Di sebelah utara Condo terdapat beberapa penjual makanan seperti Nasi Lemak dan lainnya. Juga tak jauh dari sana terdapat Minimarket Warta serta Makro – tempat berbelanja aneka kebutuhan sehari-hari. Inilah markas kami selama 6 hari yakni sampai 9 Juni – memenuhi undangan KMSB untuk ikut merumuskan model pengelolaan sampah di KL – yang kini menghadapi masalah pencemaran air lindi ke sungei dan sumur penduduk.

Setelah beberapa hari melakukan kajian, ternyata teknologi komposter Biophosko mendapat sambutan baik dalam pandangan pengusaha yang akan berpartisipasi dalam pengelolaan sampah Bandaraya KualaLumpur, menyisihkan teknologi Incenerator (pembakaran suhu tinggi) yang ditawarkan pihak lainnya hanya menjadi pilihan kedua saja. Disamping ramah lingkungan, komposter juga menghasilkan pendapatan berupa hasil dekomposisi yakni 50 % rendemen dari berat sampah organik berupa baja organik ( kompos) dan pupuk organik cair sebanyak 50 liter/ 1 ton sampah organik. Harga kompos di KL RM 4/ kg atau setara dengan Rp 10.000,-/kg – setelah kami chek ke Giant Supermarket terdekat- sangat menarik minat Pak Ruslan dan rekan-rekan KMSB tersebut. Dilihat dari hasil akhir pertemuan dan berbagai diskusi selama 6 hari dapatlah dikatakan misi pengenalan teknologi mencapai sukses guna diteruskan di masa kunjungan yang akan datang.

Kedatangan kami untuk ke -3 kalinya ke Malaysia adalah 30 Oktober 2006. Pintu masuk ke Malaysia selain via KLIA dan LCCT adalah Woodland Check Point dari Singapura melalaui JohorBaru. Dengan menumpang Bus No 170 dari QueenStr Bugis Singapura seharga SGD 2,4, kami tempuh perjalanan sekira 45 menit saja sampai ke Larkin Terminal di Kotaraya Johor. Jika mau langsung ke KL, sebenarnya terdapat banyak Bus Singapore-Kuala Lumpur Express yang berangkat dari Lavender Street, tarifnya sekitar $20-$30 atau juga banyak bus dari Larkin Terminal Johor ini. Bus No 160/170 setelah check point Imigrasi langsung ke Larkin (bus terminal Johor Bahru) itu bertarif SGD 2,4 dan berbeda bagi bus lainnya dengan tujuan lainnya. Sedangkan bus antarkota dari Larkin ke KL sekitar RM30-RM40. Tapi ini hanya estimasi saja, saya kurang tahu pastinya berapa karena belum pernah naik bus dari sana.

Dari Larkin terdapat Bus ke Senai Airport, sementara kalau dari bandara Senai di Johor ke Singapura, kami sebenarnya bisa naik bus kuning Causeway Link seharga RM 8,-, tapi saat itu kami naik Taxi dari Larkin kemudian mengintari Kotaraya dan melihat arah ke Senai Airport- dimana terdapat penerbangan Johor ke KL. Kata Pak Cik Sopir Taxi, anda harus ganti bus di City Longue Kotaraya, Johor Bahru jika mau route Airport. Tidak susah dan tidak mahal katanya, tapi cukup memakan waktu lama. Dari 1 hari perjalanan ini kami mendapat gambaran jika rakyat Malaysia lebih memiliki kesamaan dengan masyarakat Indonesia- baik dari segi tutur kata maupun jenis konsumsi makanan sehari-hari- ketimbang dengan Singapura yang multi Etnis.
Pintu masuk ke KL Malaysia ke -3 sebenarnya dapat juga dari Batam dengan naik Ferry dari Batam Center ke pelabuhan Stulang Laut Johor. Dengan tarif hampir sama dengan biaya Ferry ke Singapura sekitar SGD 15, Ferry Batam – Johor juga terbilang bagus dan kelebihannya kita bisa hemat Fiskal sebesar Rp 500.000,- Dari Stulang Laut kemudian bisa naik pesawat ke KL dengan biaya AirAsia hanya sekitar RM 175,- atau sekitar Rp 375.000,- saja.

Berdagang ke negeri berbangsa serumpun Melayu nampaknya tidak terlalu sulit dari segi komunikasi dan penyesuaian karena memiliki banyak kesamaan dengan karakter dengan bangsa Indon. Mereka juga sangat mengenal jenis produk KENCANA – sebagaimana ditawarkan PT CVSK – seperti aneka camilan- herbal- wood craft – beras dan coffee serta green tea. Apalagi komposter – yang saat ini sangat relevan dengan kondisi Malaysia- khususnya KL-……….. akan problem sampah. Dari kesemua produk kencana, kecuali produk pupuk majemuk, karena pemerintahan di sana konsisten menegakan aturan bahwa setiap pupuk masuk wajib kena uji sebelum terbitnya Import Permit- dan itu akan memakan waktu berbulan-bulan, hampir semua produk kencana dapat dikatakan sangat relevan dan memberi optimisme guna meraih pasar di Semenanjung dhi. Malaysia, Brunei dan Singapura.

Dari pengamatan dan penghayatan akan kondisi itulah kami memancang niat kuat. Tanggal 11 November, Jumat, dengan diliputi rasa bangga namun sekaligus miris, PT CVSK memberangkatkan 1 Container berisi aneka produk Kencana ke Port Klang-KL. Pemberangkatan perdana ini bukanlah akhir berdagang ke Semenanjung, melainkan awal perjuangan karena agen KMsB mensyaratkan prinsipal untuk mampu mendrive produk di terima publik Malaysia- diantaranya ditunjukan oleh kemampuan jual di saat event promosi diantaranya di Malaysia Agriculture, Horticulture & Agroturism (MAHA) tanggal 19 sampai 27 November pekan depan. Manager MS, Pwk Medan dan dibantu agen Rantau Prapat- yang keduanya meringankan biaya perjalanan- karena paspor Sumatera bebas fiskal disamping tiket murah, dan ditambah dengan 2 orang “Stand Guide” ( he..he……langsung claim saja ) bersertifikat TOFL 550 – sebagai sumbangan partisipasi relasi- mereka semua akan terlibat guna mengenalkan produk kencana kepada bangsa serumpun Melayu yakni Malaysia.
Dengan menempati Stand Booth No A 18 di Hall C Exposition Park Serdang Selangor Malaysia, produk kencana di Stand KMSB ini akan bertanding dengan berupaya untuk mencuri perhatian berbagai kalangan lokal Malaysia serta pengunjung dan peserta Expo dari berbagai negara antara tanggal 21 hingga 26 November tersebut . Tentu saja partisipasi personal PT CVSK, BBD dan bagian lainnya, akan cukup membantu jika saja bisa membuat surat undangan via internet dan lewat media lain ke berbagai pihak yang dianggap relevan di Malaysia guna mengunjungi stand ini.
Selamat berjuang……………………………………karena keberhasilan pemasaran produk – khususnya komposter pengolah sampah ke Semenanjung – akan menjadi parameter akan kurangnya perhatian bangsa Indonesia sendiri terhadap produk kreative bangsanya. Dan karena berdagang di era global memang ketat, memenangkan pemasaran juga adalah bagian dari perang dagang dan ekonomi. Buktikan saja jika Jawa Barat menggandeng investor Malaysia dalam mengelola sampah rumah warga Bandung Raya, PT CVSK malah berhasil menembus pengusahaan Kompos di Malaysia guna mengelola sampahnya bangsa Malaysia yang lebih kaya dari Bandung dan Jawa Barat…………………semoga.++++)

“Unique- Healthy & Easy”