Perjalanan ke Malaysia ke 2 kali pada tanggal 5 bulan Juni 2006 ( pertama kali tahun 1991 hanya singgah di Subang Airport saat itu) dengan menggunakan AirAsia langsung dari Bandung ke LCCT Kualalumpur. Dengan hanya mengingat Nomor booking, kami check in di Husen Sastranegara Airport Bandung kemudian membayar fiskal sebesar Rp. 1 juta/ orang dan bersiap naik sesegera mungkin karena pesawat ini tanpa memberlakukan nomor tempat duduk tertentu. Setelah take off dan memakan waktu tempuh 2 jam, sampailah kami ke LCCT Airport- suatu Terminal baru di Kualalumpur setelah KLIA – dan aneh nya hanya Airflight AirAsia yang ada di sini; sementara penerbangan internasional lainnya berada di KLIA- sekitar 15 menit perjalanan mobil dari LCCT Terminal. Pemeriksaaan bagasi dan custom di LCCT agak ketat, mungkin karena umumnya terminal ini biasa digunakan sebagai pintu masuk TKI dari Indonesia maupun Tenaga Kerja lain dari Filipina dan juga Thailand. Kami dijemput Pak Saiful Hadi- Managing Director Konsortium Melayu Selayang BHD, dan kemudian makan di Wartegnya Malaysia karena memang saat itu sudah memasuki waktu siang KL. Waktu KL lebih cepat 1 jam dibading WIB, maka perjalanan 2 jam sejak take off pkl 9.00 WIB dari Bandung sampainya di LCCT pkl 12.00 waktu KL. Dengan bekal perut kenyang, perjalanan ke kantor KMSB melewati Putrajaya- komplek pejabat ( kantor) pemerintahan yang megah, Cyberjaya- tempat dan pusat aneka teknologi dan bisnis IT serta daerah Malaya Tasik ( terbalik dengan nama di Indon Tasikmalaya). Sekitar 1 jam, sampailah kami ke lokasi kantor bisnis KMSB di -Taman Desa Bakti, Batu Caves Selangor Darul Ehsan 68100 – yang berada di wilayah Batu Caves- Selayang ke arah Gombak.
Ketua Pengarah ( komisaris ) KMSB – Dato Sayidin- adalah seorang terpandang di KL – beliau juga adalah mantan seorang pejabat Majelis Negeri Selangor ( MPR, RI, red ) dan perusahaan sehari-hari dipimpin Pak Ruslan dengan Pak Saiful Bahri Hadi tersebut tadi. Setelah cukup berbincang, kami pun ditempatkan di Condo ( istilah pada Apartemen sebagai singkatan darti Condominium – yang kalau tambah satu huruf lagi akan berarti lain……………………….. ) yang berjarak dekat atau hanya ditempuh 10 menit saja dari kantor KMSB. Condo ini terletak di sekitar Ds Taman Bakti, dan karena lokasi apartemen kami berada di Lt VI maka terlihat tepat persis di depan ada Pasar Borong Selayang ( Pasar Induk ) dan di sebelah kanannya ada terlihat Patung besar Hindu (Batu Caves). Di sebelah utara Condo terdapat beberapa penjual makanan seperti Nasi Lemak dan lainnya. Juga tak jauh dari sana terdapat Minimarket Warta serta Makro – tempat berbelanja aneka kebutuhan sehari-hari. Inilah markas kami selama 6 hari yakni sampai 9 Juni – memenuhi undangan KMSB untuk ikut merumuskan model pengelolaan sampah di KL – yang kini menghadapi masalah pencemaran air lindi ke sungei dan sumur penduduk.
Kedatangan kami untuk ke -3 kalinya ke Malaysia adalah 30 Oktober 2006. Pintu masuk ke Malaysia selain via KLIA dan LCCT adalah Woodland Check Point dari Singapura melalaui JohorBaru. Dengan menumpang Bus No 170 dari QueenStr Bugis Singapura seharga SGD 2,4, kami tempuh perjalanan sekira 45 menit saja sampai ke Larkin Terminal di Kotaraya Johor. Jika mau langsung ke KL, sebenarnya terdapat banyak Bus Singapore-Kuala Lumpur Express yang berangkat dari Lavender Street, tarifnya sekitar $20-$30 atau juga banyak bus dari Larkin Terminal Johor ini. Bus No 160/170 setelah check point Imigrasi langsung ke Larkin (bus terminal Johor Bahru) itu bertarif SGD 2,4 dan berbeda bagi bus lainnya dengan tujuan lainnya. Sedangkan bus antarkota dari Larkin ke KL sekitar RM30-RM40. Tapi ini hanya estimasi saja, saya kurang tahu pastinya berapa karena belum pernah naik bus dari sana.
Berdagang ke negeri berbangsa serumpun Melayu nampaknya tidak terlalu sulit dari segi komunikasi dan penyesuaian karena memiliki banyak kesamaan dengan karakter dengan bangsa Indon. Mereka juga sangat mengenal jenis produk KENCANA – sebagaimana ditawarkan PT CVSK – seperti aneka camilan- herbal- wood craft – beras dan coffee serta green tea. Apalagi komposter – yang saat ini sangat relevan dengan kondisi Malaysia- khususnya KL-……….. akan problem sampah. Dari kesemua produk kencana, kecuali produk pupuk majemuk, karena pemerintahan di sana konsisten menegakan aturan bahwa setiap pupuk masuk wajib kena uji sebelum terbitnya Import Permit- dan itu akan memakan waktu berbulan-bulan, hampir semua produk kencana dapat dikatakan sangat relevan dan memberi optimisme guna meraih pasar di Semenanjung dhi. Malaysia, Brunei dan Singapura.
Dengan menempati Stand Booth No A 18 di Hall C Exposition Park Serdang Selangor Malaysia, produk kencana di Stand KMSB ini akan bertanding dengan berupaya untuk mencuri perhatian berbagai kalangan lokal Malaysia serta pengunjung dan peserta Expo dari berbagai negara antara tanggal 21 hingga 26 November tersebut . Tentu saja partisipasi personal PT CVSK, BBD dan bagian lainnya, akan cukup membantu jika saja bisa membuat surat undangan via internet dan lewat media lain ke berbagai pihak yang dianggap relevan di Malaysia guna mengunjungi stand ini.
Selamat berjuang……………………………………karena keberhasilan pemasaran produk – khususnya komposter pengolah sampah ke Semenanjung – akan menjadi parameter akan kurangnya perhatian bangsa Indonesia sendiri terhadap produk kreative bangsanya. Dan karena berdagang di era global memang ketat, memenangkan pemasaran juga adalah bagian dari perang dagang dan ekonomi. Buktikan saja jika Jawa Barat menggandeng investor Malaysia dalam mengelola sampah rumah warga Bandung Raya, PT CVSK malah berhasil menembus pengusahaan Kompos di Malaysia guna mengelola sampahnya bangsa Malaysia yang lebih kaya dari Bandung dan Jawa Barat…………………semoga.++++)