Mengelola Sampah Menjadi Pupuk Organik

Mengelola sampah di perkotaaan adalah keniscayaan, karena material sisa kegiatan manusia itu akan selalu ada sepanjang pola konsumsi dan pola perdagangan bahan pangan serta hasil pertanian kita berlangsung seperti saat ini. Petani membawa hampir semua bagian tanaman dan hasil ternak ( sayuran dibawa dengan akar dan bagian rusaknya, ayam dipotong di pasar)  ke pusat penjualan di kota, kemudian menyisakan limbah tanpa dibawa kembali ke pertanian. Masalah makin besar ketika sampah yang ditinggalkan sisa konsumsi itu kemudian dicampurkan dengan aneka jenis sampah anorganik ( plastik, kertas, logam), kemudian dibawa ke tempat pembuangan. Jadilah sampah organik, sesuatu material yang amat diperlukan bagi pengembalian C organik ke kebun akibat terbawa panen, menjadi timbunan material sampah penimbul aneka gas ( CO2, CH4) di TPA Sampah.
Penanganan sampah seperti selama dilakukan dengan membawa sisa material itu ke tempat pembuangan, dimulai dari pandangan bahwa sampah adalah masalah. Padahal, banyak pihak memiliki cara pandang lain kalau sampah organik sisa konsumsi adalah justru material penting bagi perawatan kesuburan lahan pertanian yang selama ini dieksploitasi oleh budidaya pertanian, perkebunan, dan pengusahaan produksi pangan bagi kepentingan masyarakat kota. Cara pandang pertama, melakukan solusi dengan buanglah sampah di TPA; Hal berbeda dengan itu cara pandang kedua, olah sampah organik dan kembalikan ke sistim pertanian kita setelah jadi material kompos dan pupuk organik.  Selama 2 cara pandang berbeda seperti diatas melakukan cara masing-masing, maka selama itu pula sampah dan limbah di perkotaan akan menjadi objek wacana tiada henti.
Kendati hingga kini berlangsung penanganan sampah dengan cara dibuang ke TPA, dan terdukung oleh sikap dan perilaku kebanyakan warga masyarakat kita ingin serba instant, terdapat kekosongan pengusahaan kompos dan pupuk organik. Upaya pemanfaatan sampah organik, dengan mengolahnya menjadi kompos, menggunakan cara bedeng terbuka, banyak ditentang warga sekitar. Akibatnya banyak pengusahaan kompos bangkrut. Peluang pasar kompos yang diminta perkebunan, petani, pengusaha jamur dan media tumbuh tidak mendapat supplai memadai dari sistim produksi yang efisien. Pengelolaan sampah organik, dengan mengandalkan pada metoda bedeng ( open windrows) memang paling populer, padahal sebenarnya cara dan teknik itu tdak lagi cocok bila diterapkan pada wilayah perkotaan. Metoda yang populer di pertanian ini, tidak bisa serta merta dilakukan di kawasan perkotaan yang menghendaki proses produksi cepat, kebutuhan tanah tidak luas dan tidak menimbulkan polutan bunyi maupun bau.   
Teknologi Biophoskko telah lama melakukan penelitian dan uji atas proses olah sampah untuk kepentingan di kota, yang tentu berbeda dibanding dengan pembuatan kompos di daerah pertanian. Menjiplak teknik lama tradisional, misal metoda bedeng terbuka ( open windrows) sebagaimana dilakukan di pertanian guna dilaksanakan di kota dalam kepentingan pengolahan sampah, akan menimbulkan berbagai masalah seperti kebutuhan luasan lahan, timbulan polutan bau, kebutuhan waktu proses dan tenaga kerja, yang kesemua hal itu sangat menentukan bagi kelayakan ( sosial, lingkungan dan ekonomi) pengelolaan sampah di perkotaan. Dengan dasar itu, CVSK berusaha menyajikan teknologi pengelolaan sampah dan limbah- khususnya bagi kepentingan di kawasan komersial ( hotel, restoran, pabrik, perumahan, apartemen) serta kawasan sosial ( pendidikan, sekolah, rumah sakit, tempat ibadah) yang tentunya akan berkaitan dengan kenyamanan masyarakat sekitar lokasi pengolahan sampah.

Dalam kaitan kepentingan pengolahan sampah dan limbah di perkotaan diatas, CVSK telah berhasil merekayasa dan mengisolasi mikroba ( probiotik) pengurai sampah dan aneka mineral bagi berlangsungnya pengomposan modern, higienis dan cepat. Aktivator dibuat dari isolasi bakteri yang timbul dari proses penguraian sampah kota yang memiliki perbedaan karakter dengan jenis sampah pertanian dan pedesaan. Sampah dan limbah di kota umumnya mengandung material daun, batang, protein dan lemak ( hewani) , minyak goreng, dan material lain yang berbeda dengan sampah di kebun, pertanian dan pedesaan yang didominasi sisa material tumbuhan. Mikroba pengurai ini adalah aktivator kompos Green Phoskko® ( GP-1) dan mineral penggembur ( bulking agent) Green Phoskko® ( GP-2) . Bagi berlangsungnya dekomposisi secara efektif dan efisien, dikembangkan pula alat mesin ( komposter) Biophosko® baik skala rumah tangga, skala lingkungan dan Rotary Kiln skala bisnis komersial.

Dengan alat mesin Biophosko® menjadikan olah sampah lebih modern, cepat dan higienis. Teknologi ini merobah pengolahan sampah dan limbah dalam rangka pembuatan kompos ( composting) dari asalnya menggunakan teknik bedeng terbuka ( open windrows) sehingga memerlukan lahan sekurangnya ( 1, 5 x 6) m2, harus dibalik setiap 1 minggu selama 1 bulan bahkan lebih, harus ditutup terpal, harus diberi aneka bahan starter ( debu, sekam, limbah gergaji, dll) – yang amat sulit didapatkan di kota, kini menjadi lebih mudah. Bantuan teknologi tepat guna ini antara lain : ( a) . mempercepat waktu pengomposan ( dekomposisi bahan organik) dari 60 hari menjadi 5 hari, ( b) . praktis dan sederhana hanya memerlukan tenaga kerja operator 1 orang/ unit Instalasi kaps olah 3 m3/ hari, ( c) . menghasilkan pupuk organik cair ( POC) – yang dalam teknik bedeng seringkali terbuang jadi material pencemar meresap kedalam tanah, ( d) . keperluan luasan tanah jauh berkurang dibanding teknik tradisional, dan ( e) . higienis, tidak menimbulkan cemaran bunyi maupun bau busuk serta bau tak sedap. Teknologi Biophosko® memiliki komitmen guna ikut serta membangun lingkungan sehat, sekalgus mendukung pertanian berkelanjutan bagi penyediaan pangan sehat menyehatkan.

3 thoughts on “Mengelola Sampah Menjadi Pupuk Organik

  1. itu benar, karena sampah – dalam pandangan kami- adalah material sisa suatu proses yang akan memiliki keterpakaian pada produksi lainnya. Sampah bagi anda, malah bisa jadi berkah bagi pihak lain karena memerlukan material itu, sementara anda tidak mengetahui kegunaannya.

  2. sampah maupun limbah katagori organik, misalnya, adalah meterial terbuang oleh rumah tangga, restoran, pasar, mall, dll namun sangat jelas dibutuhkan untuk kegunaan sebagai pupuk organik.

Comments are closed.