“ Sampah bermasalah bukan hanya di Indonesia, Pak Cik……….,” demikian Encik Saiful Bahri kepada kami ketika berkunjung atas undangan Konsortium Melayu Selayang Bhd ( Kmsb) pada bulan Juni 2006 lalu. Memang, tanpa sepengetahuan beliau, kami pun jalan-jalan mengitari beberapa pertokoan Desa Taman Bakti, Selayang di wilayah Batu Caves Negera bagian Selangor ini. Dan, didapatkanlah tumpukan sampah di berbagai sudut bangunan.
Bedzanya dengan persampahan di tanah air , Malaysia sudah lama mengkontrakan pengelolaan sampah kepada para kontraktor swasta. Terdapat antara lain nama Syarikat Alam Flora – yang mengelola colecting sampah di bandaraya Kualalumpur. Dan diluar itu masih banyak syarikat ( perusahaan, red) yang mengelola penerimaan sampah maupun colector di berbagai wilayah negeri lainnya. Dengan pengelolaan di tangan swasta, kerajaan ( Pemerintah, Red) mengelola iuran atau retribusi ( cukai pintu ) dari rumah-rumah rakyat; Besaran cukai pintu pun berbeda tergantung kepada jenis dan luasan rumah serta isi perabot furniture di dalamnya; ” Rata-rata RM 600 / 6 bulan bagi rumah sederhana dan peralatan wajar” , demikian Encik Saiful Bahri berujar kepada Tim Posko Hijau.
Sejak Tapak Pelupusan sampah di Air Hitam, Puchong dan Jinjang tidak mampu menerima limpahan sampah dan bahkan sudah taraf mencemari sumur penduduk dan sungai maka konsentrasi buangan sampah diarahkan ke Bukit Tagar, Hulu Selangor. Di bulan Juni 2006, kami saksikan Truk Compactor antri memasuki Tapak Pelupusan itu, dan berdasar penuturan sopir hal itu bisa berlangsung sampai sore hari. Setiap sampah dari Bak Sampah komplek Rumah di masukan ke Compactor dan kemudian di Press menjadi bala pres yang berukuran lebih kecil.Kini Malaysia sedang mencari berbagai teknologi termasuk versi Indonesia. Kami, dari perusahaan PT CV Sinar Kencana – selaku Principal Company Komposter BioPhosko bersama LIPI – yang mengenalkan teknologi Incenerator ( pembakaran suhu tinggi ) berusaha meyakinkan pihak Bandaraya KL akan paket Insinerator dengan Komposter. Namun, kesimpulan sementara, insinerator bagus namun cost tinggi dan tidak ada penerimaan. ” Secara ekonomis, teknologi ini baik digunakan jika rakyat mau “at all cost” bayar iuran sampah” demikian Dato Sayidin Tamby selaku pemuka masyarakat Selangor berpendapat. Maka, sementara akan dikenalkan kepada rakyat Malaysia adalah teknologi komposter Biophoskko – yang memang telah teruji kehandalan dan kelayakan ekonomisnya di berbagai kota di Indonesia-khususnya di Bandung.

Sebuah Harian menulis : ” …………...Di Malaysia, terdapat hampir 230 tapak pelupusan sampah dengan purata keluasan 15 hektar untuk setiap tapak. Pengurusan dan latihan operasi di kebanyakkan tapak pelupusan ini secara keseluruhannya adalah lemah. Lebih daripada 60 peratus daripada tapak-tapak pelupusan ini adalah tapak pelupusan terbuka yang di cirikan sebagai tapak untuk tujuan kajian yang bersesuaian, kekurangan bahan untuk menimbus, kekurangan kemudahan jambatan timbang dan ketiadaan kaedah khusus untuk mengawal penceramaran air larut resap dan pembebasan gas.“Walaubagaimanapun, pelupusan sampah mempunyai beberapa kekurangan biasanya dari pengurusan yang tidak teratur. Dua kesan utama adalah penghasilan air larut resap dan pembebasan gas-gas yang merbahaya. Pengurusan yang tidak teratur daripada dua sumber penceraman ini akan mendatangkan kesan negatif kepada alam sekitar dan masyarakat,” katanya kepada media.Pada masa kini, pengurusan sisa pepejal didefinisikan sebagai satu disiplin yang berkaitan dengan pengawalan dan pengurusan penghasilan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemprosesan dan pelupusan sisa pepejal dengan kaedah yang selaras dengan prinsip-prinsip terbaik dari segi kesihatan umum, ekonomi, kejuruteraan, pemuliharaan, nilai estetika dan pertimbangan alam sekitar. .………( Tribun Putera Online, 26 May 2006)
Kini kami harus bekerja keras memproduksi mineral penggembur ( bulking agents), compost aktivator atau biodekomposer serta komposter aneka type guna memenuhi permintaan warga Malaysia – yang sedang giat ikut serta pada seruan kempen Kerajaan membersihkan sampah di Malaysia guna menghasilkan kompos ( baja organik) agar memberikan pupuk kepada pertaniannya bebas kimia dan pestisida di masa yang akan datang………………………………………Walaupun kami harus bekerja keras namun kami senang……inilah sebenarnya cita-cita kami – ketika tahun 2005 lalu menggelar presentasi teknologi komposter kepada Walikota Bandung, Kepala Dinas Kebersihan DKI dan peserta Lokakarya PPLH IPB, BKKBN Pusat, Walikota Cimahi, KLH dan berbagai instansi pemerintah maupun BUMN – yang baru terwujud sekarang – yakni sederhana ketika sepekan lalu Walikota Batu Caves Selangor Malaysia mendengar laporan adanya teknologi komposter……………………………… Bekerja di Indonesia dan Malaysia kan sama saja; Sama -sama Melayu bukan ?………………….Tim Posko Hijau++++++++)


ЎHola!
Tal vez, consentirГ© con su frase
[url=http://eru1.myftp.biz/]Worker[/url]