Rakonas Usaha Mikro UPPKS di Yogyakarta

Usaha mikro dan informal sangat potensial untuk digerakan berperan sebagai katup pengaman saat banyaknya PHK di masa resesi dan krisis global saat ini. Jumlah usaha mikro pun sangat besar, sebagai misal – yang tergabung dalam Asosiasi Kelompok UPPKS (AKU) Jawa Barat saja mencapai 14.300 kelompok dengan masing-masing 20 Rumah tangga. Padahal di Jawa Barat masih banyak usaha mikro binaan SKPD lain belum tergabung dalam Asosiasi AKU ini. Namun disayangkan, jika orang mendengar upaya pengembangan usaha mikro, seringkali diasosiakan hanya dengan kebutuhan modal.

Memang benar modal penting , namun, ada yang sebenarnya lebih penting, yakni terjualnya produk pada harga pantas melalui upaya pemasaran. Jika produknya banyak dicari konsumen, mencari modal menjadi mudah.

Dalam kepentingan memasarkan produk usaha mikro diatas diperlukan promosi, dan inilah kegiatan marketing yang paling memerlukan biaya- sehingga kenapa kendati hanya tiwul atau bumbu pecel, kalau digarap “branding’ nya bisa menjadi bisnis besar oleh Indofood. Dalam kaitan itu,.dalam suatu kesempatan tahun 2008 dengan Gusti Rr Pembayun- putri Sultan Hamengku Buwono X di Jogja- sebelum ‘Jusuf Kalla’ JK Collection digunakan sebagai merk oleh pengrajin sepatu Cibaduyut, saya lontarkan ide agar Sultan menggunakan jargon Usaha Mikro dalam kampanye politiknya dengan kira2 : ” belilah produk usaha mikro”.