Ikhtiar memerangkap gas yang dihasilkan dari fermentasi tiap 1 ton biomassa dalam ” digester by design” akan dihasilkan Biogas, Bio Elektrik dan Pupuk secara terkelola, kemudian ketika dimurnikan dari kandungan pengotor (impurities) seperti H2S, CO2, NH4, dan Xyloxan, biogas akan menjadi suatu gas CH4 ~ 80 % up atau, kemudian disebut, biometan.
Biometan dari fermentasi 1 ton biomassa ~ 40 m3 adalah material baru dengan nilai kalor setara Compressed Natural Gas (CNG). Dengan kualitas biometan, CH4 dapat dikompresi kedalam tabung bertekanan, memiliki kalor tinggi sebagai bahan bakar generator listrik dalam PLTBM – Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dengan output 40 KWH, atau ketika digunakan sumber panas ( dhi kompor, burner) akan memiliki kesetaraan kalor dengan 19,2 kg LPG.
Dan, disamping perolehan diatas itu, 1 ton biomassa hasilkan 400 kg pupuk padat serta 600 liter pupuk organik cair (POC), yang nilai harganya (biometan dan pupuk) akan setara Rp 1.288.000.
Manfaat besar dari kemelimpahan biomassa Indonesia, jika tanpa dikelola, alih-alih mensejahterakan rakyat, bahkan, kemelimpahan sumberdaya tersebut justru bisa jadi petaka lingkungan dan, tentu saja itu mubadzir. Padahal, rakyat negeri ini sangat mendamba sumber2 energi baru maupun lumpur pembangkitan biogas sebagai bahan dalam Pupuk dan Pemupukan
Kemelimpahan biomassa termasuk sampah organik bisa menjadi berkah sekaligus petaka. Akankah kita berdiam diri ? Terus membiarkan kemubadziran ini berlangsung ?