Pemasaran Kompos

Produsen Pupuk Kompos Perlu Insentif

Bandung-Pemerintah hendaknya memberi insentif bagi usaha kecil menengah yang memproduksi pupuk kompos. Insentif ini bertujuan menggairahkan produksi dan pasar pupuk kompos di dalam negeri.
Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Usaha Kecil Menengah Indonesia (PPUKMI) Sonson Garsoni mengatakan, banyak usaha kecil menengah yang telah memproduksi pupuk kompos. “Pasar pupuk kompos memang ada. Tapi sangat rendah,” jelas Sonson kepada SH, Senin (10/7).
Penyerapan produk pupuk kompos di Indonesia masih sangat terbatas. Untuk menggairahkan pasar ini diperlukan insentif bagi usaha kecil menengah produsen pupuk kompos. Insentif diharapkan dapat meningkatkan harga pupuk kompos.
Sonson mengatakan dibandingkan di negara lain, harga pupuk kompos di Indonesia masih rendah. Di Indonesia setiap kilogram pupuk kompos harganya hanya Rp 1.000. Bandingkan dengan harga di Malaysia yang dapat mencapai Rp 10.000/kg.
“Tingginya harga pupuk kompos di Malaysia tidak lepas dari langkah pemerintah setempat yang memberikan insentif,” jelasnya.
Pupuk kompos sendiri menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah sampah. Pasalnya pupuk kompos tersebut dihasilkan dari sampah yang telah diolah.
Apabila pemerintah mau memberikan insentif diperkirakan masyarakat akan dengan senang hati mengolah sampah menjadi pupuk kompos. Minimnya pasar dan rendahnya harga pasar menjadi kendala utama bagi masyarakat untuk memproduksi pupuk kompos.
Malaysia sendiri terus mengembangkan produksi pupuk kompos. “Di Kuala Lumpur sekarang juga ada masalah terkait tempat pembuangan akhir atau TPA sampah. Sebagai solusinya pemerintah setempat kemudian mengembangkan produksi pupuk kompos,” jelas Sonson.
Untuk mengembangkan produksi pupuk kompos itu, Malaysia bahkan harus mengimpor alat pengolahan dan bahan baku berupa mikroorganisme dan mineral dari UKM di Bandung. (didit ernanto)

Copyright © Sinar Harapan 2003